BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ketika
memegang tampuk pemerintahan Islam sesudah al-Khulafa' ar-Rasyidin. Dinasti
Umayyah melanjutkan tradisi kerajaan-kerajaan pra-Islam di Timur Tengah. Sikap
ini mengundang kritik keras dan oposisi, terutama dari golongan khawarij dan
syi'ah. Usaha menekan kelompok oposisi terus dijalankan bersamaan dengan usaha
memperluas wilayah Islam, hingga Afrika Utara dan Spanyol. Sebagian besar
anggota keluarga Bani Umayyah menentang Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan
Islam, setelah Nabi Muhammad SAW pindah dari Makkah ke Madinah dan berhasil
mendapatkan pengikut di kota tersebut, sikap permusuhan Bani Umayyah belum
berakhir. Mereka memimpin orang Quraisy Makkah untuk menentang dan memerangi
Nabi SAW serta pengikutnya. Peperangan pun terjadi beberapa kali.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Munculnya Khalifah Dinasti Umayyah
Bani
Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy. Keturunan Umayyah bin
Abdul Syams bin Abdul Manaf, seorang pemimpin suku Quraisy yang terpandang.
Umayyah bersaing dengan pamannya, Hasyim bin Abdul Manaf (1.464), dalam
merebutkan kehormatan dan kepemimpinan masyarakat Quraiys. Uamyyah dinilai
memiliki cukup persyaratan untuk menjadi pemimpin dan dihormati oleh
masyarakat. Ia berasal dari keluarga bangsawan kaya dan mempunyai sepuluh
putra. Pada zaman pra-Islam, orang yang memiliki ketiga kelebihan itu berhak
memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
Sebagian
besar anggota keluarga Bani Umayyah menentang Nabi Muhammad SAW yang
menyampaikan Islam, setelah Nabi Muhammad SAW pindah dari Makkah ke Madinah dan
berhasil mendapatkan pengikut di kota tersebut, sikap permusuhan Bani Umayyah
belum berakhir. Mereka memimpin orang Quraisy Makkah untuk menentang dan
memerangi Nabi SAW serta pengikutnya. Peperangan pun terjadi beberapa kali,
namun mereka tidak berhasil mengalahkan Nabi SAW.
Permusuhan
Bani Umayyah berakhir setelah Nabi SAW dan para pengikutnya berhasil memasuki
kota Makkah (tahun 8 H/630 M). Merasa tidak mampu melawan akhirnya Bani Umayyah
menyerah kepada Nabi SAW dan bersedia masuk Islam. Bani Umayyah tergolong yang
belakang masuk Islam. Setelah masuk Islam, mereka memperlihatkan loyalitas dan
dedikasi tinggi terhadap agama tersebut. Dalam setiap peperangan yang dilakukan
oleh kaum Muslimin misalnya, mereka tampil dengan semangat kepahlawanan,
seolah-olah ingin mengimbangi keterlambatan mereka masuk Islam dengan berbuat
jasa besar kepada Islam.
Karena
sikap baik, ada diantara mereka yang dipercayakan untuk menduduki jabatan
penting. Mu'awiyyah bin Abu Sufyan (21 SH / 602 M – 60 H / 600 M) misalnya pada
masa Nabi SAW diangkat menjadi penulis wahyu dan pada masa khalifah Umar bin
Khattab (42 SH / 581 M – 23 H / 644 M) diangkat pada tahun 641 sebagai Gubernur
di Suriah. Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (47 SH / 576 M – 35 H / 656
M).
Bani
Umayyah juga mendapat banyak keuntungan, pemberian hadiah dan jabatan,
kekuasaan yang membentang dari Suriah sampai Pantai Laut Tengah. Ia
memanfaatkan masa tersebut untuk mempersiapkan diri dan meletakkan dasar
pendirian sebuah dinasti. Harapan itu lebih besar terbuka setelah Utsman bin
Affan di bunuh pada tahun 656 oleh para pemberontak yang menentang kebijakan
nepotisme dan penyalahgunaan harta baitul mal untuk keperluan pribadi dan
keluarga.
Ketika
Ali bin Abi Thalib (603 M – 40 H / 661 M), yang diangkat oleh sahabat Nabi SAW
di Madinah sebagai khalifah pengganti Utsman, memerintahkan Umayyah untuk
menyerahkan jabatan, ia menolak. Sebaliknya, ia malah menuduh Ali terlibat
dalam pembunuhan Utsman atau paling tidak melindungi pemberotak yang
melindunginya.
Sikap
Mu'awiyyah yang menentang Ali di pandang sebagai pemberontakan terhadap
pemerintah yang sah dan harus diperangi sampai taat kembali, hingga akhirnya
Ali dan pasukannya segera berangkat untuk memerangi Mu'awiyyah di Suriah.
Sebelum pertempuran itu terjadi, Ali mengutus delegasi, mengirim surat agar
Mu'wiyyah mengakuinya serta bersatu dengannya. Namun usaha itu gagal dan
terjadilah peperangan dan hampir saja dimenangkan Ali, namun 'Amr bin As dari
Mu'awiyyah mengangkat al-Qur'an dengan tombak sebagai simbol perdamaian.
Kedua
pihak setuju memilih seorang hakam (perantara) sebagai perunding dan pencari
jalan penyelesaian sengketa. Pihak Mu'awiyyah memilih Amr bin Ash dan dari Ali,
Abu Musa al-'Asy'ari (sahabat Nabi SAW, w. 72/53 H) yang disetujui mayoritas
penduduk Irak. Tahkim tersebut berakhir dengan kekecewaan di pihak Ali. Ketika
Abu Musa mengumumkan turunnya Ali dari jabatannya, Amr bin Ash segera
menyetujuinya dan menetapkan Mu'awiyyah sebagai khalifah.
Tahkim
ini jelas menguntungkan Mu'awiyyah, dan dari pihak Ali terjadi perpecahan
tentara yang menamakan khawarij. Dan khawarij berpendapat bahwa yang terlibat
dalam tahkim telah melakukan dosa besar hingga wajib di bunuh / bertaubat.
Rencana tersebut ternyata tidak sepenuhnya berhasil, Ibnu Muljam (pengikut
khawarij) 661 hanya berhasil membunuh Ali ketika Ali ke Masjid Kuffah. Adapun
Mu'awiyyah dan Amr bin Ash selamat dari rencana tersrbut.
2.
Kebijakan
Politik Dan Ekonomi
3.
Sistem
Politik Dan Perluasan Wilayah
Dijaman
Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai
daerah Khurasan sampai kesungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan
lautnya melakukan serangan-serangan ke Ibu Kota Bizantium, Konstantinopel.
Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah
Abd Al-Malik, dia menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan
Baikh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Mayoritas penduduk dikawasan
ini kaum Paganis.
Pasukan
islam menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41H / 661M. pada tahun 43H /
663M mereka mampu menaklukkan Salistan dan menaklukkan sebagian wilayah
Thakaristan pada tahun 45H / 665M. Mereka sampai kewilayah Quhistan pada tahun
44H / 664M. Abdullah Bin Ziyad tiba dipegunungan Bukhari. Pada tahun 44H / 664M
para tentaranya datang ke India dan dapat menguasai Balukhistan,Sind, dan
daerah Punjab sampai ke Maitan.
Sistem
Ekonomi
Bidang-bidang
ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa kemajuan
kepada rakyatnya yaitu:
Dalam
bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap pembangunan sector
pertanian, beliau telah memperkenalkan system pengairan bagi tujuan
meningkatkan hasil pertanian.
Dalam
bidang industri pembuatan khususnya kraftangan telah menjadi nadi pertumbuhan
ekonomi bagi Umayyah.
Sistem
Peradilan Dan Pengembangan Peradaban
Meskipun
sering kali terjadi pergolakan dan pergumulan politik pada masa pemerintahan
Daulah Bani Umayyah, namun terdapat juga usaha positif yang dilakukan daulah
ini untuk kesejahteraan rakyatnya.
Diantara
usaha positif yang dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalam
mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh system pemerintahan
dan menata administrasi, antara lain organisasi keuangan. Organisasi ini
bertugas mengurusi masalah keuangan negara yang dipergunakan untuk:
Gaji
pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.
Pembangunan
pertanian, termasuk irigasi.
Biaya
orang-orang hukuman dan tawanan perang
Perlengkapan
perang
Disamping
itu, kekuasaan islam pada masa Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pengembangan peradaban seperti pembangunan di berbagai bidang, seperti:
Muawiyah
mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda dengan
peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata.
Lambang
kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang Negara
baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya.
Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
Arsitektur
semacam seni yang permanent pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-Malik membangun
sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan "The
Dame Of The Rock" (Gubah As-Sakharah).
Pembuatan
mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan keseluruh
penjuru negeri islam.
Pembuatan
panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-tempat untuk
orang-orang yang infalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.
Pengembangan
angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Uthman sebagai Amir Al-Bahri,
tentu akan mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga kapal perang
waktu itu berjumlah 1700 buah.
Pada
masa Umayyah, (Khalifah Abd Al-Malik) juga berhasil melakukan
pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab
sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam.
Kemajuan
Sistem MiliterSalah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan
dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan
melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara
teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik
pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan
ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam
system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap
kekuasaannya hingga ke Eropa.
Secara
garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda,
pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.
Keruntuhan
Umayyah
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya
kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
Sistem
pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru(bid'ah)
bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak
jelas. Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
Lemahnya
pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat
kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak
yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat
kurang.
Penyebab
langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan
baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini
mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan kaum mawali yang merasa dikelas
duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.
Latar
belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari
konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi'ah (para
pengikut Abdullah bin Saba' al-Yahudi) dan Khawarij terus menjadi gerakan
oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara
tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan
terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
Pada
masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani
Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam,
makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu,
sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian
timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu
inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada
masa Bani Umayyah.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bani
Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku Quraisy. Keturunan Umayyah bin
Abdul Syams bin Abdul Manaf, seorang pemimpin suku Quraisy yang terpandang.
Umayyah bersaing dengan pamannya, Hasyim bin Abdul Manaf (1.464), dalam
merebutkan kehormatan dan kepemimpinan masyarakat Quraiys. Uamyyah dinilai
memiliki cukup persyaratan untuk menjadi pemimpin dan dihormati oleh
masyarakat. Ia berasal dari keluarga bangsawan kaya dan mempunyai sepuluh
putra. Pada zaman pra-Islam, orang yang memiliki ketiga kelebihan itu berhak
memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
faktor
yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran
adalah Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan, Lemahnya
pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana, munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan
al-Abbas ibn Abd al-Muthalib dan Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan
etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang
sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,
Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Supriyadi,
Dedi. 2008.Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
http://education-af.blogspot.com/2010/04/sejarah-islam-masa-bani-umayyah.html
http://www.scribd.com/doc/22677510/Sejarah-Peradaban-Islam-Bani-Umayyah-Dan-Abbasiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar