BAB II
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Dakwah merupakan realisasi melaksanakan perintah Allah
SWT dan dalam al-qur’an guna melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Oleh karena
itu islam mengajarkan bentuk dakwah baik dalam bil hal, dakwah bil lisan, dan
dakwah bil khitab. Ketiga dakwah bentuk tersebut semakin hari semakin
berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat.
I.
Rumusan
masalah
Di
bawah ini merupakan masalah mengenai sebab-sebab dakwah, antara lain:
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dakwah
Untuk menjelaskan skop pembahasan
dalam makalah ini, maka terlebih dahulu diterangkan definisi dakwah dan
multimedia. Secara bebas dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak
dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala
sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan
masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti seruan, ajakan atau
panggilan juga undangan. [1]
Kata dakwah sering dirangkaikan
dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi
"Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.
Secara etimologis dakwah bermakna
ajakan, sedangkan dalam terminologi artinya adalah menggunakan akal pikiran
dalam rangka menyelematkan manusia dari rasa jauh dan lupa terhadap Allah Swt
agar menjadi dekat dan ingat, dengan berbagai sarana dan metode
B.
Sebab-sebab
Dakwah
Sebab-sebab dakwah adalah karena
Allah Swt, telah memerintahkan kepada manusia dan Jin untuk menyembah hanya
kepada Allah Swt tanpa mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.Sebagaimana
firman Allah dibawah ini:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.
Dengan demikian tugas dan kewajiban
ini berlaku juga bagi setiap manusia yang sudah mengikrarkan diri dalam syahadatnya.
Paling tidak dapat dikemukakan enam tugas dan kewajiban tersebut:
1. Memberikan
bimbingan kepada akal manusia untuk mengenal Allah dalam segala aspek dengan
manhaj yang telah ditentukan oleh Allah Swt
2. Memberitahukan
kepada ummat manusia kabar-kabar ghaib yang perlu diketahui manusia. Hal ini
dilakukan guna mendatangkan ketenangan dan hati yang jernih, sehingga dalam
beribadah manusia mendapatkan nikmatnya.
3. Menerangkan
apa yang dihalalkan oleh Allah dan apa yang diharamkan-Nya bagi manusia.
4. Memberikan pengarahan
kepada manusia dan menganjurkan kepada mereka agar hidup didunia ini
mengedepankan persaudaraan dan saling mencintai dengan tetap menjadikannya
sebagai ibadah demi kemajuan Islam.
5. Memperhalus
jiwa dan mendidik jiwa mereka dengan cara mengarahkan jiwa dan akhlak pada
nilai-nilai yang mulia.
6. Menerangkan
apa yang menjadi pertentangan umat manusia, konflik-konflik yang terjadi akibat
syahwat manusia.
Selain enam tugas dan kewajiban
diatas, maka dapat disebutkan disini bahwa sebab-sebab dakwah adalah karena
manusia menginginkan kehidupan yang bahagia, yang tidak hanya mengandalkan akal
dalam mencapainya melainkan juga dibutuhkan wahyu dan bimbingan
C. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan
Dakwah
Adapun yang dimaksud kegagalan dakwah adalah belum tercapainya tujuan
dakwah, yang mengajak manusia untuk melakukan ‘amar ma’ruf nahi munkar dan totalitas mengabdi (beribadah) kepada Allah
dan Rasul-Nya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sebagai manusia yang punya kewajiban berdakwah tidak saja harus
instropeksi (muhasabah) diri,
tetapi juga perlu waspada dalam setiap kali melakukan aktifitas dakwahnya. Hal
ini penting karena bahaya yang menghadang mereka (juru dakwah) tidak dapat
dianggap ringan.
Bahaya itu itu tidak hanya datang dari luar, tetapi juga bersumber dari
dalam. Ukuran bahaya pun sangat relatif. Tidak bisa dikatakan bahwa bahaya dari
luar lebih berat dibanding bahaya dari dalam. Begitu pun sebaliknya. Yang
nyata, dari banyak pengalaman, tidak jarang
para aktivis muslim termasuk juga da’i, mubaligh dan ulama justru terjerumus
karena penyakit yang bersumber dari dalam dirinya, bukan dari luar.
Dalam bukunya “Penyebab Gagalnya Dakwah” Dr. Sayyid Muhammad Nuh
Menyingkap berbagai macam kerikil dan bahaya yang menghadang dalam aktivitas (berdakwah)
menegakan agama Allah, baik itu dari internal seorang da’i atau pun eksternal
(lingkungan sekitar), diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Internal Da’i
a.
Futuur
Dalam bahasa Arab, kata futuur antara
lain dapat bermakna terputus setelah
terus menerus, atau diam setelah bergerak; atau sikap malas, lamban dan santai setelah sebelumnya giat dan
bersungguh-sungguh. Dalam kitab Lisanul-Arab
(Ibnu Manzuur 5/43), kata fatara
mengandung pengertian :’sikap berdiam diri setelah sebelumnya bergiat’
atau ‘melemah setelah sebelumnya kuat’. Sedangkan dari sudut istilah, futuur ialah suatu penyakit hati
(rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa malas, lamban dan sikap santai
dalam melakukan suatu amaliyah yang sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh
semangat dan menggebu-gebu, dan efek maksimalnya adalah terputusnya sama sekali
praktik dari suatu amaliyah tersebut
Ayat Al-Qur’an yang menunjukkan arti futuur antara lain Q.S. Al-Anbiya’ [21]:19-20 :
¼ã&s!ur
`tB
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
4
ô`tBur
¼çnyZÏã
w
tbrçÉ9õ3tGó¡o
ô`tã
¾ÏmÏ?y$t7Ïã
wur
tbrçÅ£óstGó¡t
ÇÊÒÈ tbqßsÎm7|¡ç
@ø©9$#
u$pk¨]9$#ur
w
tbrçäIøÿt
ÇËÉÈ ( ٲﻷﻨﺑﯿﺎﺀ : ٢۰ - ۱۹)
Artinya : “Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit
dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai
rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
Adapun faktor-faktor penyebab
Futuur di antaranya, tubuhnya
termasuki sesuatu yang haram atau yang bernilai syubhat, mengabaikan kebutuhan
jasmani, tidak siap menghadapi kendala dakwah dan berlarut-larut dalam
melakukan maksiat dan meremehkan dosa-dosa kecil.
Sedangkan dampak akibat Futuur
adalah :
1)
Terhadap Pribadi Aktivis (Juru Dakwah)
Kita harus senantiasa menjaga ketaatan diri kepada-Nya kapan saja dan
dimana saja, sebab kita tidak pernah diberi tahu kapan kita akan menghadap ke
haribaan-Nya. Sungguh akan merupakan kerugian besar andaikan kita tengah
dilanda futuur , tiba-tiba kita
harus menghadap kepada-Nya, karena kita akan dinilai sebagai manusia yang
menyia-nyiakan dan lalai terhadap ajaran-ajaran-Nya. Oleh karena itu,
Rasulullah mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memanjatkan do’a seperti
ini :
أللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ، وأعوذبك من العجزوالكسل
، وأعوذبك من الجبن والبخل ، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهرالرجا ل
“Ya Allah,
aku berlindung kepada-Mu dari sikap ragu-ragu untuk bertindak dan kesedihan.
Dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah bertindak (pesimis putus asa) dan malas).
Dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan kikir. Dan aku berlindung
kepada-Mu dari lilitan hutang dan penindasan (tindak semena-mena) orang-orang
kepadaku.” (H.R. Abu
Daud).
2) Terhadap Amal Islami
Terhadap amal Islami,
penyakit futuur akan
mengakibatkan bertambah panjangnya jalan dakwah serta akan mengakibatkan
bertumpuknya beban serta pengorbanan, sebab Allah tidak akan memberi
pertolongan dan pengukuhan pada mereka yang malas, lalai dan yang meninggalkan
amal. Sebaliknya,
Dia (Allah) hanya akan memberikan pertolongan kepada orang yang aktif, yang
berjihad, yang teliti dalam beramal, dan membaguskan jihad. Sebagaimana
Firman-Nya :
¨bÎ)
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
$¯RÎ)
w
ßìÅÒçR
tô_r&
ô`tB
z`|¡ômr&
¸xyJtã
ÇÌÉÈ
(
ﺍﻠﻜﻬﻑ : ٣٠ )
Artinya : “Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal
saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.”
¨bÎ)
©!$#
yìtB
tûïÏ%©!$#
(#qs)¨?$#
tûïÏ%©!$#¨r
Nèd
cqãZÅ¡øtC
ÇÊËÑÈ ( ﺍﻠﻨﺤﻞ : ۱٢۸ )
Artinya : “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”
z`Ï%©!$#ur
(#rßyg»y_
$uZÏù
öNåk¨]tÏöks]s9
$uZn=ç7ß
4
¨bÎ)ur
©!$#
yìyJs9
tûüÏZÅ¡ósßJø9$#
ÇÏÒÈ (
ﺍﻠﻌﻨﻜﺒﻭﺖ : ٦٩ )
Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. "
b. Israff
Dari sudut bahasa, Israff antara
lain dapat bermakna : melakukan
sesuatu tetapi tidak dalam rangka ketaatan dan bisa juga boros dan melampaui batas. Banyak
faktor yang menyebabkan Israff, di antaranya adalah : latar belakang keluarga, keleluasaan rezeki yang diperoleh setelah
kesempitan, berteman dengan pemboros, lalai terhadap bekal perjalanan, pengaruh
istri dan anak, dan kurang mampu mengendalikan aneka tuntutan jiwa.
Sikap berlebih-lebihan dalam beragama adalah suatu penyakit yang
membahayakan. Sikap ini dapat mendatangkan akibat-akibat buruk pada masa lalu,
sekarang dan masa yang akan datang, bagi individu, umat dan masyarakat. Juga
dalam hal akidah, pemikiran, hukum, syari’at serta perilaku dan tindakan
Sesungguhnya sikap berlebih-lebihan dalam agama, dengan segala bentuk dan
macamnya, adalah penyakit yang menjijikan dan kronis yang mengantarkan
pelakunya dan orang yang komitmen terhadapnya, kepada kehancuran dan kebinasaan
di dunia dan akhirat.
Adapun di antara bahaya-bahayanya, terhadap
pribadi aktivis adalah hati menjadi keras, kebekuan berfikir, condong
kepada kejahatan dan dosa, tidak mampu menghadapi ujian dan kesulitan dan
lenyapnya sifat sosial dan rasa solidaritas. Sedangkan terhadap amal islami, Adapun pengaruh-pengaruh yang menimpa amal
Islami antara lain akan menjadi kalah, atau paling tidak surut ke
belakang.
c. Isti’jaal
Dari segi bahasa, kata Isti’jaal, I’jaal, ta’ajjul, semuanya
mengandung pengertian sama, yaitu keinginan untuk menyegerakan atau mempercepat
apa-apa yang dihajatkan atau orang yang menginginkan agar permintaannya
terlaksana dengan cepat atau memerintahkan orang lain untuk bersegera dalam
suatu masalah. Mengenai hal ini Allah swt sudah menjelaskan dalam firman-Nya :
öqs9ur
ã@Édfyèã
ª!$#
Ĩ$¨Y=Ï9
§¤±9$#
Oßgs9$yf÷èÏGó$#
Îöyø9$$Î/
zÓÅÓà)s9
öNÍkös9Î)
öNßgè=y_r&
(
âxoYsù
z`Ï%©!$#
w
cqã_öt
$tRuä!$s)Ï9
Îû
öNÍkÈ]»uøóèÛ
cqßgyJ÷èt
ÇÊÊÈ ( ﯿﻭﻨﺲ : ۱۱ )
Artinya : “Dan
kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan
mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka
Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan Pertemuan dengan Kami,
bergelimangan di dalam kesesatan mereka.”
Sedangkan dari segi istilah, yang dimaksud Isti’jaal yakni keinginan untuk mewujudkan perubahan atas
realitas yang tengah dialami oleh kaum muslimin dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya tanpa memperhatikan lingkungan, tanpa memperhitungkan
akibat dan tanpa melihat kenyataan, juga tanpa persiapan bagi pendahuluan,
sistem dan sarana (Sayyid M Nuh, 2000:65).
Sikap tergesa-gesa dan terburu-buru merupakan salah satu tabiat yang dimiliki
oleh manusia seperti yang telah dinyatakan oleh Allah swt dalam firman-Nya :
……(
tb%x.ur
ß`»|¡RM}$#
Zwqàftã
ÇÊÊÈ ( ﺍﻹﺴﺮﺍﺀ : ۱۱ )
... dan adalah manusia
bersifat tergesa-gesa”
t,Î=äz
ß`»|¡RM}$#
ô`ÏB
9@yftã
4
…….. ÇÌÐÈ (
ٲﻷﻨﺑﯿﺎﺀ : ٣٧ )
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.”
Kadangkala semangat yang berapi-api dari para penyampai dakwah serta
keinginan yang mendesak untuk segera menyebarkan dakwah dan melihat
kemenangannya, mendorong para penyampai dakwah untuk menarik sebagaian individu
dan beberapa unsur penting masyarakat dengan cara mengacuhkan pada awal-awal
langkah beberapa permasalahan dakwah yang mereka anggap bukan merupakan dasar
dan pokok dari dakwah. Kemudian mereka berkompromi dengan manusia dalam
beberapa urusan agar mereka tidak lari dari dakwah dan memusuhinya. Hal itu mendorong mereka juga untuk menggunakan
sarana dan metode-metode yang tidak sesuai dengan standar-standar dakwah yang
detail dan tidak pula dengan manhaj dakwah yang lurus. Mereka melakukan hal itu
karena didorong oleh keinginan segera melihat kemenangan dakwah dan
penyebarannya.
2. Eksternal Da’i (lingkungan
sekitar)
Yusuf al-Qaradhawi menulis dalam bukunya Aina al-Khalal bahwa kelemahan umat ini setidaknya disebabkan
oleh tiga faktor penting yaitu pertama,
melemahnya kesadaran umat ini untuk menjalankan syari’at agamanya. Kedua, umat ini sedang mengalami
krisis identitas yang sangat akut. Ketiga,
umat ini sedang berada dipersimpangan jalan bahkan lebih ekstrim lagi
bahwa umat ini sudah kehilangan arah dan tujuannya.
Padahal Allah swt telah telah
mensifati umat (Islam) ini sebagai khairu
ummah (ummat yang terbaik). Akan tetapi al-amru bil ma’ruf dan an nahyu ’anil munkar sebagai prasyarat
utama identitas tersebut sudah sejak lama ditinggalkan. Bahkan yang lebih
menyayat lagi, kemungkaran seolah-olah menjadi konsumsi harian dan dianggap
sebuah trend sedangkan bertingkah laku secara Islami akan dipandang remeh
bahkan terkadang sering dipermasalahkan.
Allah swt., juga telah mengatakan di dalam Al-Qur’an bahwa umat ini ’ala qalbi rajul wahid, umat yang
seharusnya satu visi dan misi Inna
hadzihi ummatukum ummatan waahidah. Namun pada hari ini, umat yang besar
itu terpecah-pecah dan selalu berselisih antar sesama saudaranya (muslim),
sehingga perpecahan umat ini dimanfaatkan oleh kaum salibis dan zionois untuk
menghancurkan potensi dan kekuatan umat ini.
Inilah yang menjadi penyebab kegagalan dakwah Islam di lingkungan sekitar
para juru dakwah, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan dakwah
sekalipun telah terjadi dikotomi (pengkotak-kotakan)
sehingga dakwah ini terkesan parsial.
D.
Akibat Kegagalan Dakwah
Hal ini sebagaimana telah kami jelaskan pada kendala
pertama. Sabda Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.
"Dan sesungguhnya amal yang
paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus menerus sekalipun
sedikit". (HR : Muttafaq alaih). Menyebabkan Pengorbanan Yang Sia-Sia.
Perilaku tergesa-gesa atau melakukan sesuatu
aktivitas dengan tanpa perhitungan lazimnya sangat sulit mencapai keberhasilan,
faedah, atau keuntungan. Kasus berikut ini merupakan sebuah contoh konkrit
sekaligus ibrah (pelajaran) bagi kita semua atas fenomena isti'jaal.
Pada akhirnya tahun tiga puluhan, kehidupan hakah
Islamiyah di Mesir sempat mencapai puncak masa kejayaannya. Ia telah dapat
menembus ke segenap lapisan masyarakat. Ibarat sebuah kapal laut yang membelah
lauatan yang tenang disertai semilir tiupan angin yang mengiringinya. Suara
harakah telah menggema dan terdengar di setiap permasalahan, baik yang sifatnya
nasional maupun internasional. Pada waktu itu ada seorang anggota harakah,
yaitu Ahmad Rif'at, yang menolak sistem dan cara yang tengah ditempuh oleh
harakah Islamiyah dan menyerukan sistem lainnya.
Awalnya, keadaan itu belum sempat menjadi perhatian.
Setiap anggota harakah berhak mengkritik hal-hal yang dipandang perlu, maka
terjadilah diskusi beberapa kelompok harakah yang kemudian menghasilkan
kesimpulan yang paling benar dan jalan yanglebih lurus. Meskipun demikian, yang
patut menjadi titik perhatian kita bahwa seruan tersebut mendapat sambutan
positif dari para pemuda anggaota harakah Islamiyah. Kita tidak ingin
membicarakan sebab-sebab yang melahirkan keadaan tersebut. Yang penting bagi
kita adalah diadakannya pertemuan khusus untuk mengetahui kendala dan tuntutan
yang tengah berkembang, yang meliputi tiga hal :
Pertama, pihak harakah Islamiyah dianggap telah
"bemanis-manis" dengan pemerintah dan berjalan bersamanya, kendati
jelas-jelas sistem politik yang dijalankan oleh pemerintah merupakan sistem
politik "campuran" (sekuler). Kondisi itu harus diluruskan. Pihak
harakah Islamiyah wajiba bersikap tegas dan kritis dalam menghadapi pemerintah
secara benar sesuai dengan konteks al-Qur'an. "Dan barangsiap yang tidak
berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itulah orang-orang
kafir".
Kedua, pihak harakah Islamiyah dianggap belum mampu
menindak para wanita yang melakukan tabarruj (membuka aurat). Pihak harakah
hanya dapat dapat memberikan nasihat, petuah, serta himbauan-himbauan lewat
kata-kata. Diusulkan agar pihak harakah bisa mengirimkan para anggotanya ke
jalan-jalan Kairo dengan membawa tinta. Setiap kali mereka mendapatkan seorang
wanita yang membuka auratnya di hadapannya, mereka harus melemparkan tinta itu
ke baju-baju mereka. Sebagai pelajaran bagi wanita itu.
Ketiga, sikap pihak harakah Islamiyah terhadap para
mujahidin Palestina, dianggap hanya sebatas "pengakuan". Sikap
semacam itu dipandang sebagai tindakan menyepelekan dalam mengatasi kemelut,
enggan berjihad, dan menghindari dari medan perang. Seharusnya harakah
Islamiyah segera meninggakan pekerjaan mereka masing-masing kemudian bergabung
dengan barisan mujahidin di Palestina.
Jika hal-hal itu tidak dilakukannya, maka mereka
termasuk orang-orang yang membelot dari gerakan, dan tidak berguna
kerterlibatan mereka dalam harakah Islamiyah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari rangkaian pembahasan
yang telah dikemukakan dalam bab-bab dapat diringkas dan
sekaligus disimpulkan bahwa Sebab-sebab
dakwah semeta-mata karna Allah SWT.Dalam melakukan aktivitas
apapun sudah menjadi Sunnatullah pasti
akan menemukan yang namanya keberhasilan atau kegagalan. Begitu pun dengan
dakwah Islamiyah yang kita lakukan. para
pembawa misi dakwah tidak boleh mengukur keberhasilan dakwah dari segi
buah-buah ini saja. Kewajiban mereka hanyalah bertolak dalam perahu dakwah di
atas manhajnya yang jelas, murni dan detail (Sayyid Quthb, 2004:211). Kemudian menyerahkan kepada Allah untuk
menilai hasil dan buahnya dari sikap istiqomahnya dalam dakwah itu.
Daftar Pustaka
Hadi,
sofyan. 2011. Ilmu Dakwah dari Konsep
Paradigma dan Metodologi. Css Pesona Surya Milenia
Aliyudin.
Dasar-dasar Ilmu dakwah. 2007. Bandung: fakultas dakwah UINSGD Bandung
http://qolbi.wordpress.com/fiqh-dakwah/sebab-sebab-dakwah/
diakses pukul 0:39 wib pada tanggal 29 Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar