Kamis, 06 Desember 2012

tafsir surat al- hujurat ayat 14



 Qs. Surat Al- Hujurat 14
* ÏMs9$s% Ü>#{ôãF{$# $¨YtB#uä ( @è% öN©9 (#qãZÏB÷sè? `Å3»s9ur (#þqä9qè% $oYôJn=ór& $£Js9ur È@äzôtƒ ß`»yJƒM}$# Îû öNä3Î/qè=è% ( bÎ)ur (#qãèÏÜè? ©!$# ¼ã&s!qßuur Ÿw Nä3÷GÎ=tƒ ô`ÏiB öNä3Î=»yJôãr& $º«øx© 4 ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî îLìÏm§ ÇÊÍÈ  
A.    Terjemah Ayat:
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
B.     Ma’ani Mufrodat.
Kata 'aslamna' menunjukkan sebuah pernyataan telah tunduk, artinya telah menerima semua aturan islam secara keseluruhan (Alqur'an dan Al hadits), akan tetapi rasa iman itu belum bisa dirasakan karena baru masuk pada tahapan percaya dalam logika kebenaran bukan keimanan (yang di rasakan dalam hati).
Ciri-ciri orang yang telah mengalami keimanan secara transenden, biasanya hatinya tenang tidak mudah emosi. Hatinya selalu bergetar dan terharu di kala shalat maupun di luar shalat, karena hatinya selalu mengalir dzikir tak henti-hentinya . Dan dia tidak pernah merasakan khawatir dan takut  perangainya lembut dan harmoni  tidak dibuat-buat. Dan di katakan jika ciri-ciri ini tidak ada dalam hati kita maka kita harus mengoreksi keadaan kita dengan ayat-ayat diatas, bahwa kita termasuk orang yang belum beriman, tetapi baru disebut berislam atau muslim  karena iman itu atau ciri-ciri itu belum kita rasakan secara langsung.
Dalam masalah iman, aliran al-Maturidiyyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan. Pengertian ini dikemukakan al-Maturidi sebagai bantahan terhadap al-Karamiyyah, salah satu subsekte Murji’ah. Ia berargumentasi dengan ayat al-Qur’an surat al-Hujarat 14:
Ayat tersebut dipahami al-Maturidi sebagai suatu penegasan bahwa keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkataan semata, tanpa diimani oleh kalbu. Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah. Al-maturidi tidak sampai disitu. Menurutnya, tashdiq, seperti yang dipahami diatas, harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil dari ma’rifah ini didapatkan melalui penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan wahyu. kemudian al-Maturidi menambahkan, pernyataan dengan lisan dan amal perbuatan merupakan pelengkap untuk menyempurnakan iman seseorang, sebab imam adalah kepercayaan didalam hati.
Iman (الإيمان) secara harafiah dalam Islam adalah berarti percaya kepada Allah. Dengan itu orang yang beriman adalah ditakrifkan sebagai orang yang percaya (mukmin). Siapa yang percaya maka dia dikatakan beriman. Perkataan Iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يوءمن) yang bererti 'percaya' atau 'membenarkan'. Perkataan Iman yang bererti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud:
šcqàÿÎ=øts «!$$Î/ öNä3s9 öNà2qàÊ÷ŽãÏ9 ª!$#ur ÿ¼ã&è!qßuur ŽYymr& br& çnqàÊöãƒ bÎ) (#qçR$Ÿ2 šúüÏZÏB÷sãB ÇÏËÈ  
62. mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, Padahal Allah dan Rasul-Nya Itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin.
C.    Munasabah
 $ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=äz÷Š$# Îû ÉOù=Åb¡9$# Zp©ù!$Ÿ2 Ÿwur (#qãèÎ6®Ks? ÅVºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$# 4 ¼çm¯RÎ) öNà6s9 Arßtã ×ûüÎ7B ÇËÉÑÈ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al Baqarah ayat 208)
Begitu pula jika kita bandingkan dengan Surat Al Hujurat ayat 14:
* ÏMs9$s% Ü>#{ôãF{$# $¨YtB#uä ( @è% öN©9 (#qãZÏB÷sè? `Å3»s9ur (#þqä9qè% $oYôJn=ór& $£Js9ur È@äzôtƒ ß`»yJƒM}$# Îû öNä3Î/qè=è% ( bÎ)ur (#qãèÏÜè? ©!$# ¼ã&s!qßuur Ÿw Nä3÷GÎ=tƒ ô`ÏiB öNä3Î=»yJôãr& $º«øx© 4 ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî îLìÏm§ ÇÊÍÈ  

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah Islam', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al Hujurat ayat 14)
Dari dua ayat tersebut (Surat ALBaqarah ayat 208 dan Surat al Hujurat ayat 14 maka dapat disimpulkan bahwa urutan yang benar adalah orang itu masuk Islam dulu secara formalitas dengan syahadat, setelah itu ia menjadi orang yang beriman dengan cara menyempurnakan Islamnya tadi sebagaimana perintah Allah:  Udkhuluu fissilmi kaaffah...(masuklah Islam dengan totalitas)
Jadi kembali kepada doa Nabi Ibrahim diatas, maka Nabi Ibrahim menuntun kepada kita agar mengharapkan keturunan yang Islam yang tunduk kepada Allah SWT . Hal ini sejalan dengan perintah Allah agar kita menjaga keluarga kita dari api neraka.


D.    Tafsir Ayat
Orang-orang arab Badui itu berkata: yang dimaksud adalah segolongan dari kalangan Bani Asad (”kami telah beriman”) yakni hati kami telah beriman. (Katakanlah) kepada mereka : (”kalian belum beriman, tapi katakanlah : ’kami telah berserah diri”), artinya, kami telah tunduk secara lahiriah, (karena masih belumlah) yakni masih belum lagi (iman masuk ke dalam hati kalian) sampai sekarang hanya saja hal itu baru merupakan dugaan bagi kalian (dan jika kalian taat kepada Allah dan Rosul-Nya) yakni dengan cara beriman yang sesungguhnya dan taat dalam segala hal (Dia tidak akan mengurangi) dia tidak akan mengurangkan (amal-amal kalian) yakni pahala amal-amal kalian (barang sedikitpun; sesungguhnya Allah Maha Pengampun) kepada orang-orang mu’min (lagi Maha Penyayang.”) kepada mereka. (Al-Hujurat:14).
Ayat di atas menurut As-Suddi berkenaan dengan kedatangan Arab Badui yang disebutkan dalam surah Al-Fath, yaitu orang Badui Muzainah, Juhainah, Aslam, Gifar, Ad-Dil dan Asyja. Mereka berkata ”kami beriman ” dengan tujuan supaya aman jiwa dan hartanya. Namun ketika merka dikerahkan oleh orang-orang kafir untuk memerangi Madinah, ternyata mereka ingkar dari imannya. Kemudian Rasulullah mengajarinya kepada mereka katakanlah ”kami menyerah dan tunduk”. Hal ini merupakan ajaran kesepanan Nabi kepada orang Arab, yang imannya masih lemah. Rasulullah tidak mengatakan ”dusta kamu sekalian” (kazabtum), tetapi dengan kata Quluu aslamna (ucapkanlah olehmu tunduk).
Ayat tersebut di pahami Al-Maturidi sebagai suatu penegasan bahwa keimanan itu tidak cukup hanya perkataan semata, tanpa diimani pula oleh kalbu. Apa yang di ucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah.
Maturidiyah Bukhara mengembangkan pendapat yang berbeda. Al-Bazdawi menyatakan bahwa iman tidak dapat berkurang, tidak bisa bertambah dengan adanya ibadah-ibadah yang dilakukan. Al-Bazdawi menegaskan hal tersebut dengan membuat analogi bahwa ibadah-ibadah yang dilakukan berfungsi sebagai bayangan dari iman. Jika bayangan itu hilang, esnsi yang digambarkan oleh bayangan itu tidak akan berkurang. Sebaliknya, dengan kehadiran baying-bayang (ibadah) itu, iman justru menjadi bertambah.
Ayat 14 merupakan indikator proses, yakni indikator komitmen diri kepada Allah dan Rosul-Nya. Indikator proses dapat diindikasikan oleh ketaatan kepada ajaran yang dibawa oleh Rosullulah. Ajaran teresebut merupakan tatanan sistem dimana terjadinya sebuah bangunan yang menyatu dan utuh, yakni bangunan keyakinan dalam hati, kemudiannya satunya hati dengan ucapan lisan dan diwujudkan dalam amaliah.
Orang-orang yang percaya kepada Allah yang Maha Kuasa dan pengasih menyadari bahwa tunduk kepada kehendak-Nya adalah bijaksana. Mereka menghargai bimbingan yang Ia berikan melalui para utusan yang dipercayakan dengan pengetahuan ilahi. Beberapa utusan ini diakui oleh beberapa dari agama-agama dunia yang utama. Misalnya 800 juta lebih penganut agama islam menganggap tokoh Yahudi-Kristen Adam, Nuh, Abraham, Musa, Daud dan Yesus sebagai Nabi-nabi utama dari Allah. Namun yang ke tujuh, mereka percaya, telah di angkat lebih tinggi dari utusan-utusan yang lain Sang Nabi Muhammad.
E.     Hikmah
1.      Untuk meningkatkan keimanan kita terhadap Allah dengan cara mempelajari ciptaan Allah
2.      Untuk menjaga komitmen artinya tidak mengkhianti perrjanjian  kita terhadap perintah Allah dan menjalankan perintah allah dan menjauhi larangannya Allah.
3.      Untuk menjaga  perangai seseorang dengan cara bertingkah yang lembut dan harmoni terhadap sesama manusia.
4.      Untuk memdekatkan diri kita terhadap Allah dengan banyak intropeksi diri


Daftar Pustaka
1.      Bahraisy Salim H. Dan Bahreisy Said H. Terjemahan singkat Ibnu Katsier Jilid 7
2.      Shihab Quraish M. “ Tafsir al Misbah “ Jakarta lentera hati 2002)
3.      Syaih Muhammad Nawawi al Jawi “ Tafsir Nawawi al tafsir Munir li mualimil Tanzil al – Musyafirul an wujuhi muhasinit al takwil “ Jus Stani ( Daral fikr )
4.      http://ibnumariam.wordpress.com/2010/01/12/arti-dan-makna-islam/ diakses pada 16 oktober 2012 pada pukul 16.23  wib
7.      http://akuloveilmu.blogspot.com/p/makalah.html/ diakses pada 16 oktober 2012 pada pukul 16.23  wib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar