Qs.
Surat Al- Hujurat 14
* ÏMs9$s%
Ü>#{ôãF{$#
$¨YtB#uä
( @è%
öN©9
(#qãZÏB÷sè?
`Å3»s9ur
(#þqä9qè%
$oYôJn=ór&
$£Js9ur
È@äzôt
ß`»yJM}$#
Îû
öNä3Î/qè=è%
( bÎ)ur
(#qãèÏÜè?
©!$#
¼ã&s!qßuur
w Nä3÷GÎ=t
ô`ÏiB
öNä3Î=»yJôãr&
$º«øx©
4 ¨bÎ)
©!$#
Öqàÿxî
îLìÏm§
ÇÊÍÈ
A.
Terjemah
Ayat:
“Orang-orang
Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu
belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk
ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."
B.
Ma’ani
Mufrodat.
Kata 'aslamna' menunjukkan sebuah pernyataan telah
tunduk, artinya telah menerima semua aturan islam secara keseluruhan (Alqur'an
dan Al hadits), akan tetapi rasa iman itu belum bisa dirasakan karena baru
masuk pada tahapan percaya dalam logika kebenaran bukan keimanan (yang di
rasakan dalam hati).
Ciri-ciri orang yang telah mengalami keimanan secara
transenden, biasanya hatinya tenang tidak mudah emosi. Hatinya selalu bergetar
dan terharu di kala shalat maupun di luar shalat, karena hatinya selalu
mengalir dzikir tak henti-hentinya . Dan dia tidak pernah merasakan khawatir
dan takut perangainya lembut dan
harmoni tidak dibuat-buat. Dan di
katakan jika ciri-ciri ini tidak ada dalam hati kita maka kita harus mengoreksi
keadaan kita dengan ayat-ayat diatas, bahwa kita termasuk orang yang belum
beriman, tetapi baru disebut berislam atau muslim karena iman itu atau ciri-ciri itu belum kita
rasakan secara langsung.
Dalam
masalah iman, aliran al-Maturidiyyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq
bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan. Pengertian ini dikemukakan
al-Maturidi sebagai bantahan terhadap al-Karamiyyah, salah satu subsekte
Murji’ah. Ia berargumentasi dengan ayat al-Qur’an surat al-Hujarat 14:
Ayat
tersebut dipahami al-Maturidi sebagai suatu penegasan bahwa keimanan itu tidak
cukup hanya dengan perkataan semata, tanpa diimani oleh kalbu. Apa yang
diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati
tidak mengakui ucapan lidah. Al-maturidi tidak sampai disitu. Menurutnya, tashdiq,
seperti yang dipahami diatas, harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq
hasil dari ma’rifah ini didapatkan melalui penalaran akal, bukan sekedar
berdasarkan wahyu. kemudian al-Maturidi menambahkan, pernyataan dengan lisan
dan amal perbuatan merupakan pelengkap untuk menyempurnakan iman seseorang,
sebab imam adalah kepercayaan didalam hati.
Iman (الإيمان) secara harafiah dalam Islam adalah berarti percaya kepada Allah. Dengan itu orang yang beriman adalah ditakrifkan sebagai
orang yang percaya (mukmin). Siapa yang percaya
maka dia dikatakan beriman. Perkataan Iman (إيمان) diambil dari kata kerja
'aamana' (أمن) -- yukminu' (يوءمن) yang bererti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Perkataan Iman yang bererti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya
dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud:
cqàÿÎ=øts
«!$$Î/
öNä3s9
öNà2qàÊ÷ãÏ9
ª!$#ur
ÿ¼ã&è!qßuur
Yymr&
br&
çnqàÊöã
bÎ)
(#qçR$2
úüÏZÏB÷sãB
ÇÏËÈ
62. mereka bersumpah kepada kamu dengan
(nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, Padahal Allah dan Rasul-Nya Itulah yang
lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang
mukmin.
C.
Munasabah
$ygr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qè=äz÷$#
Îû
ÉOù=Åb¡9$#
Zp©ù!$2
wur
(#qãèÎ6®Ks?
ÅVºuqäÜäz
Ç`»sÜø¤±9$#
4 ¼çm¯RÎ)
öNà6s9
Arßtã
×ûüÎ7B
ÇËÉÑÈ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al Baqarah ayat 208)
Begitu
pula jika kita bandingkan dengan Surat Al Hujurat ayat 14:
*
ÏMs9$s%
Ü>#{ôãF{$#
$¨YtB#uä
( @è%
öN©9
(#qãZÏB÷sè?
`Å3»s9ur
(#þqä9qè%
$oYôJn=ór&
$£Js9ur
È@äzôt
ß`»yJM}$#
Îû
öNä3Î/qè=è%
( bÎ)ur
(#qãèÏÜè?
©!$#
¼ã&s!qßuur
w Nä3÷GÎ=t
ô`ÏiB
öNä3Î=»yJôãr&
$º«øx©
4 ¨bÎ)
©!$#
Öqàÿxî
îLìÏm§
ÇÊÍÈ
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah
beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami
telah Islam', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al Hujurat ayat 14)
Dari
dua ayat tersebut (Surat ALBaqarah ayat 208 dan Surat al Hujurat ayat 14 maka
dapat disimpulkan bahwa urutan yang benar adalah orang itu masuk Islam dulu
secara formalitas dengan syahadat, setelah itu ia menjadi orang yang beriman
dengan cara menyempurnakan Islamnya tadi sebagaimana perintah Allah: Udkhuluu
fissilmi kaaffah...(masuklah Islam dengan totalitas)
Jadi
kembali kepada doa Nabi Ibrahim diatas, maka Nabi Ibrahim menuntun kepada kita
agar mengharapkan keturunan yang Islam yang tunduk kepada Allah SWT . Hal ini
sejalan dengan perintah Allah agar kita menjaga keluarga kita dari api neraka.
D.
Tafsir
Ayat
Orang-orang arab Badui itu berkata: yang dimaksud
adalah segolongan dari kalangan Bani Asad (”kami telah beriman”) yakni
hati kami telah beriman. (Katakanlah) kepada mereka : (”kalian belum
beriman, tapi katakanlah : ’kami telah berserah diri”), artinya, kami telah
tunduk secara lahiriah, (karena masih belumlah) yakni masih belum lagi (iman
masuk ke dalam hati kalian) sampai sekarang hanya saja hal itu baru
merupakan dugaan bagi kalian (dan jika kalian taat kepada Allah dan
Rosul-Nya) yakni dengan cara beriman yang sesungguhnya dan taat dalam
segala hal (Dia tidak akan mengurangi) dia tidak akan
mengurangkan (amal-amal kalian) yakni pahala amal-amal kalian (barang
sedikitpun; sesungguhnya Allah Maha Pengampun) kepada orang-orang mu’min (lagi
Maha Penyayang.”) kepada mereka. (Al-Hujurat:14).
Ayat di atas
menurut As-Suddi berkenaan dengan kedatangan Arab Badui yang disebutkan dalam
surah Al-Fath, yaitu orang Badui Muzainah, Juhainah, Aslam, Gifar, Ad-Dil dan
Asyja. Mereka berkata ”kami beriman ” dengan tujuan supaya aman jiwa dan
hartanya. Namun ketika merka dikerahkan oleh orang-orang kafir untuk memerangi
Madinah, ternyata mereka ingkar dari imannya. Kemudian Rasulullah mengajarinya
kepada mereka katakanlah ”kami menyerah dan tunduk”. Hal ini merupakan ajaran
kesepanan Nabi kepada orang Arab, yang imannya masih lemah. Rasulullah tidak
mengatakan ”dusta kamu sekalian” (kazabtum), tetapi dengan kata Quluu aslamna
(ucapkanlah olehmu tunduk).
Ayat tersebut di pahami Al-Maturidi
sebagai suatu penegasan bahwa keimanan itu tidak cukup hanya perkataan semata,
tanpa diimani pula oleh kalbu. Apa yang di ucapkan oleh lidah dalam bentuk
pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah.
Maturidiyah Bukhara mengembangkan pendapat yang berbeda.
Al-Bazdawi menyatakan bahwa iman tidak dapat berkurang, tidak bisa bertambah
dengan adanya ibadah-ibadah yang dilakukan. Al-Bazdawi menegaskan hal tersebut
dengan membuat analogi bahwa ibadah-ibadah yang dilakukan berfungsi sebagai
bayangan dari iman. Jika bayangan itu hilang, esnsi yang digambarkan oleh
bayangan itu tidak akan berkurang. Sebaliknya, dengan kehadiran baying-bayang
(ibadah) itu, iman justru menjadi bertambah.
Ayat 14
merupakan indikator proses, yakni indikator komitmen diri kepada Allah dan
Rosul-Nya. Indikator proses dapat diindikasikan oleh ketaatan kepada ajaran
yang dibawa oleh Rosullulah. Ajaran teresebut merupakan tatanan sistem dimana
terjadinya sebuah bangunan yang menyatu dan utuh, yakni bangunan keyakinan
dalam hati, kemudiannya satunya hati dengan ucapan lisan dan diwujudkan dalam
amaliah.
Orang-orang
yang percaya kepada Allah yang Maha Kuasa dan pengasih menyadari bahwa tunduk
kepada kehendak-Nya adalah bijaksana. Mereka menghargai bimbingan yang Ia
berikan melalui para utusan yang dipercayakan dengan pengetahuan ilahi. Beberapa
utusan ini diakui oleh beberapa dari agama-agama dunia yang utama. Misalnya 800
juta lebih penganut agama islam menganggap tokoh Yahudi-Kristen Adam, Nuh,
Abraham, Musa, Daud dan Yesus sebagai Nabi-nabi utama dari Allah. Namun yang ke
tujuh, mereka percaya, telah di angkat lebih tinggi dari utusan-utusan yang
lain Sang Nabi Muhammad.
E. Hikmah
1.
Untuk
meningkatkan keimanan kita terhadap Allah dengan cara mempelajari ciptaan Allah
2.
Untuk
menjaga komitmen artinya tidak mengkhianti perrjanjian kita terhadap perintah Allah dan menjalankan
perintah allah dan menjauhi larangannya Allah.
3.
Untuk menjaga perangai seseorang dengan cara bertingkah
yang lembut dan harmoni terhadap sesama manusia.
4.
Untuk memdekatkan diri kita terhadap
Allah dengan banyak intropeksi diri
Daftar Pustaka
1.
Bahraisy Salim H. Dan Bahreisy Said
H. Terjemahan singkat Ibnu Katsier Jilid 7
2.
Shihab Quraish M. “ Tafsir al Misbah
“ Jakarta lentera hati 2002)
3.
Syaih Muhammad Nawawi al Jawi “
Tafsir Nawawi al tafsir Munir li mualimil Tanzil al – Musyafirul an wujuhi
muhasinit al takwil “ Jus Stani ( Daral fikr )
4.
http://ibnumariam.wordpress.com/2010/01/12/arti-dan-makna-islam/
diakses pada 16 oktober 2012
pada pukul 16.23 wib
5.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Iman/http://ibnumariam.wordpress.com/2010/01/12/arti-dan-makna-islam/diakses pada 16 oktober 2012 pada pukul 16.23 wib
6.
http://www.alquranindonesia.com/web/quran/listings/details/49/10/http://ibnumariam.wordpress.com/2010/01/12/arti-dan-makna-islam/
diakses pada 16 oktober 2012
pada pukul 16.23 wib
7. http://akuloveilmu.blogspot.com/p/makalah.html/
diakses pada 16 oktober 2012
pada pukul 16.23 wib
9.
http://fahunavril.blogspot.com/2010/06/tafsir-surat-al-hujurat-ayat-14-17.html/
diakses pada 17 oktober 2012
pada pukul 24.18 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar