Selasa, 23 April 2013

PROFIL PMII RAYON DAKWAH



PMII adalah kepanjangan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, salah satu Organisasi yang didirikan pada tanggal 21 Syawal 1397 H, bertepatan dengan tanggal 17 April 1960 di Surabaya. Landasan yang mendasari berdirinya PMII adalah sebuah keyakinan bahwa Islam merupakan panduan bagi umat manusia yang kehadirannya membawa rahmat bagi sekalian alam.
Keutuhan komitmen ke – islam – an dan ke – Indonesia - an itulah yang dijadikan perwujudan kesadaran beragama dan berbangsa bagi setiap insan muslim Indonesia. Atas dasar itulah PMII berusaha untuk mempertahankan bangsa dan Negara dengan segala tekad dan kemampuan dengan jalan perseorangan maupun bersama-sama.
Berdasar semangat tersebut dibentuklah PMII yang berbasis mahasiswa. Mempertimbangkan bahwa mahasiswa merupakan salah satu eksponen pembaharuan bangsa dan pengemban misi intelektual yang berkewajiban serta tanggung jawab mengemban komitmen keislaman dan keindonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dengan maksud membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan dalam segala hal.
Atas komitmen tersebut PMII didirikan dengan satu tujuan terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya serta mewujudkan cita-cita komitmen atas perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dengan prinsip Dzikir, fikir dan Amal sholeh PMII hingga kini menyebar ke berbagai macam daerah selayak penyebaran islam pada waktu itu. Meski berbeda media penyebaranya tetapi tekad dan semangat menjadi salah satu suksesnya Organisasi tersebut.
Meng-indonesia, begitulah keadaannya dan hingga muncullah PMII Rayon Dakwah STAIN Jember yang telah dideklarasikan oleh beberapa deklarator yakni Suaji, Agat Safalata, dan Minan Jauhari. PMII Rayon Dakwah yang didirikan tahun 1999 hingga saat ini sudah bertahan hingga 10 Periode, Ketua Rayon pada saat itu adalah Suaji dari Situbondo telah berhasil memberikan sumbangsih pemikiran dan dedikasi yang luar biasa terhadap institusi sehingga PMII Rayon Dakwah berdiri dan dapat berkembang hingga saat ini.
Disusul dengan Periode Minan Jauhari yang pada saat itu telah berhasil menyusun kurikulum kajian Rayon Dakwah sehingga produktif dalam menganalisa suatu hal yang terbukti dengan berdirinya Bulletin Panji Pergerakan yang terbit setiap minggunya dua kali, cukup representative sehingga layak lembaga besar Rayon Dakwah tetap dipertahankan meski terbilang sangatlah muda.
Tak kalah hebat perjuangan satu tahun masa Edi Susyanto yang berasal dari desa kecil Silo Jember juga banyak memberikan kontribusi pemikiran yang sangatlah besar sehingga rayon dakwah dapat bertahan hingga saat ini. Selain meneruskan Buletin rutinan yakni Panji pergerakan dari masa Minan Jauhari, banyak pula yang mengatakan bahwasanya pria minimalis itu adalah hebat dalam berkomunikasi, dari mulai sesama organisasi, lintas organisasi sampai kebeerapa tokoh-tokoh, birokrasi, dan juga pemerintahan khususnya di Jember. Dedikasi dan loyalitasnya terhadap lembaga Rayon Dakwah seakan tak pernah luntur  dengan dibuktikannya banyak sekali kader yang masih tetap melakukan komunikasi terhadapnya. Banyak juga yang menyebutnya sebagai politisi.
Masa telah berlalu, sahabat lulusan salah satu pesantren di Jember telah menggantikan posisinya, yakni Restu Wibowo Ketua Rayon yang penuh canda  tawa alias humoris. Dengan gaya kepemimpinan yang cukup sederhana ia menjadi sosok pemimpin yang bisa diterima di semua kalangan. Baik di kalangan alumni maupun grass root (baca : Kader), berbekal keterampilannya yang kocak mampu membuat kader yang diajak komunikasi pasti akan tertawa. Sepertinya, sosok Ketua Rayon yang satu ini menerapkan teori komunikasi yang diperoleh dari bangku kuliahnya. Kenapa tidak, sesuai dengan prodi yang digeluti adalah Prodi Komunikasi Kepenyiaran Islam.
Seperti ketua-ketua Rayon yang terdahulu, beliau melakukan empowerment sesuai dengan amanat organisasi. Dalam satu periode kepemimpinannya ia telah mampu melaksanakan kaderisasi formal dan informal. Dimana berbicara kaderisasi merupakan jantung organisasi, maka menjadi sebuah kewajiban bagi seorang pemegang otoritas tertinggi di level rayon untuk melakukan kaderisasi sesuai dengan mandat organisasi.
Tidak hanya itu, selain rayon menjadi pusat aktivitas organisasi. Rayon Dakwah yang terkenal dengan jargon Rayon sosialis ternyata bukan hanya sebuah retorika, tetapi memang sesuai dengan realitanya. Salah satu indikasi kenapa Rayon Dakwah mendapat julukan sebagai rayon sosialis, karena meskipun secara kuantitas adalah minoritas, Rayon Dakwah tidak pernah sepi menjadi tempat singgah atau tempat diskusi bagi kader dari rayon-rayon yang lain (baca : Tarbiyah dan Syari’ah).
Napak tilas perjalanan Rayon Dakwah periode 2005 / 2006 penuh dengan susah payah, dimana Restu Wirbowo menjalankan amanah organisasi hanya didampingi oleh segelintir pengurus saja. Namun, jumlah pengurus yang sedikit tidak membuat semangat menjadi ciut dan tidak menjadi alasan untuk tidak melakukan kaderisasi. Tetapi malah menyulut spirit yang menggebu-gebu sehingga sahabat restu mampu mengawal rezimnya dengan sukses.
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Ketua Rayon, beliau melanjutkan ke jenjang struktur yang lebih tinggi yakni Komisariat. Seakan-akan sudah menjadi sebuah identitas, ketika ia menjabat sebagai pengurus komisariat beliau diberi kepercayaan untuk menjadi pengurus di bidang Humas (Hubungan Masyarakat). Mengingat ia bisa berkomunikasi dengan semua kalangan dan juga mampu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dengan baik, sehingga ia sebagai pengurus komisariat mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Berkat keikhlasannya mengabdikan diri dan mendedikasikan segenap jiwa raganya di PMII, membuatnya terpilih sebagai ketua BMI (Baitul Muslimin Indonesia). Organisasi ini adalah salah satu sayap dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dengan talenta yang dimiliki ia berusaha mengaktualisasikan pengalaman organisasi yang sudah diperolehnya semenjak ia menjadi mahasiswa.
Itulah sekelumit dari sosok Ketua Rayon humanis yang akan tetap menjadi torehan sejarah yang patut dikenang dan ditiru oleh setiap kader dakwah. Semoga apa yang telah dilakukannya menjadi amal ibadah dan mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa.      
Periode 2006 / 2007 sahabat Khairul Umam telah menujukkan kiprah positif bagi organisasi independen ini. Sebelum menjabat sebagai Ketua Rayon Dakwah STAIN Jember, Pria jangkung ini semenjak semester II hingga semester V terbilang sangatlah mandiri, sepulang kuliah sahabat Khairul Umam berjualan dengan menggendong barang dagangannya secara keliling. Hal ini dilakukanya setiap hari demi mendapatkan tambahan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan apabila ada sisa ia membeli bukun. Cukup luar biasa semangat pria dari Tasik Malaya tesebut hingga diangkat sebagai ketua Rayon Dakwah menggantikan sahabat RestuWibwo.
Ketua yang satu ini tergolong nyentrik, mungkin karena berbekal dari pengalaman hidup yang menentukan pilihan menjadi seorang interpreneurship. Kemudian berimplikasi pada gaya kepemimpinannya, bagaimana tidak ia dikenal sebagai lobitor yang mempunyai keahlian dalam teknik lobi. Keterampilannya tersebut diperoleh secara otodidak ketika dia berprofesi sebagai seorang wirausahawan.
Tidak hanya menjadi seorang lobitor, tetapi ia juga mempunyai kelebihan menjadi seorang pendoktrin. Keterampilan dalam berkomunikasi dan mudah mempengaruhi orang membuat PMII Rayon Dakwah yang minoritas tetap menjadi sorotan dan buah bibir dikalangan para aktivis PMII STAIN Jember.
Suka duka ketika beliau menjabat bisa dilihat dari minimnya kepengurusan. Bisa dibayangkan, selama satu periode cak Umam sapaan akrabnya, hanya ditemeni oleh dua orang pengurus yang benar-benar mengawal PMII Rayon Dakwah sampai tuntas.
Kutu buku, begitulah sebutan pria kurus dari Probolinggo ini. Terus mengasah intelektualnya dengan membaca dan berdiskusi. Tidak banyak bicara tetapi banyak meberikan contoh sehingga tidak sedikit kader yang menyukainya. Gaya yang sangat unik dilakukannya dalam melakukan kaderisasi di PMII Rayon Dakwah sehingga eksistensi lembaga minoritas ini tidaklah diragukan lagi. Khairudin itulah namanya, pria kurus ini juga dibilang sangatlah sederhana, konsep dan dedikasinya banyak memberikan inspirasi transformatif bagi para kadernya. Hal ini juga diakui oleh lintas organisasi independen lain khususnya di wilayah Jember. jaga nama baik lembaga, yakni kata yang sering terucap dari pria kutu buku ini dan selalu jadi idaman bagi kader-kader PMII Rayon Dakwah.
Mas Muhammad Jangki Dausat, Sosok kelahiran Gersik ini menjadi icon Rayon Dakwah periode 2009 / 2010, gaya kepemimpianannya yang santai, elegan namun terarah menjadi karakter kepemimpinannya, tidak hanya menjadi Ketua Rayon Dakwah, yang satu ini juga maju dan menjadi Ketua Komisariat PMII STAIN Jember pada periode selanjutnya.
Kepengurusan yang hanya di kordinir oleh beberapa kader pada periode ini tidak menyulutkan semangat kepengurusannya, terlihat dari beberapa program pada masa ini banyak terlendingkan dan mampu melahirkan kader-kader yang melitan dan solid.
Pada periode selajutnya terdapat titik sejarah yang fenominal pada kepengurusan Rayon Dakwah yang beberapa periode hanya pada masa ini yang kali pertama di Ketuai oleh kader putri, Fauziyah Zahro, sosok humuris, murah senyum, open, dan berkarakter menjadi orang nomor satu di Rayon Dakwah pada kebinit ke-8.
“Cekatan” begitulah mungkin yang erat menjadi predikatnya, sosok perempuan yang berwibawa dan berkeilmuan, beberapa perjalanan kepengurusannya tidak ada henti dan bosennya selalu memotovasi kader dan anggota untuk selalu melitan terhadap organisasi dan punya keseimbangan keilmuan, pada masa ini sangat terlihat meski Rayon Dakwah termasuk Rayon yang dihuni oleh komunitas kecil namun berkualitas, terlihat pada jargonnya, “Menjadikan yaang Menoritas Berkualitas” dan itu sangat terbukti.
Kabinit ke-9 Rayon Dakwah di Ketuai oleh asli wong Jember, Sahabat Much. Farchan, cowok kelahiran Jenggawa Jember ini kali pertama yang memimpin Rayon Dakwah masih semester 5, kebinit yang dikoordinir oleh kader militan, cekatan dan kompak menjadi icon kepengurusannya, pada masa ini keemasan Rayon Dakwah mulai muncul, melahirkan beberapa kader yang berintelektual dan solid.
Kepemimpinan yang yang dipimpin dengan gaya enjoy membuktikan keberasilan kepengurusannya, beberapa agenda terlendingkan, meningkatnya kuantitas anggota membuat Rayon Dakwah penuh dengan keramain dan penuh dengan nilai kebersamaan.
Pada periode selanjutnya Rayon Dakwah di Pimpimpin oleh Ketua karisma, melitan dan berkarakter, Sahabat Abd. Razaq, cowok yang berasal dari pulau Garam, lahir di Pamekasan, 12 Mei 1989 kali pertama Rayon Dakwah di pimpin oleh Mahasiswa Program Studi Tafsir Hadits. Cowok yang juga banyak berkelut di dunia organisai ini dipercaya memimpin Rayon Dakwah pada kabinet ke-10.
Ketua yang sangat besar impian untuk menyetarakan keilmuan ditengah-tengah kondisi delemanya intelektualitas, hingga pada kepengurusannya melahirkan jargon yang kembali pada Trilogi PMII, “Taqwa, Intelektual dan Profesional”. Pada masa ini terlihat farian warna pada kepengurusannya, keterikatan yang melibatkan semua angkatan pada kepengurusannya terlihat unik dan bernilai kebersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar