Selasa, 23 April 2013

Review Buku Pengantar Komunikasi John Locke


BAB IV
KODE-KODE
KODE
Setiap tanda mengandung sebuah pesan dan terkadang pesan itu disetujui oleh semua anggota yang menggunakan kode itu.  Jadi, didalam kehidupan sosial di kontrol oleh berbagai aturan yang disebut sebagai kondisi yang di “kodekan”. Yang harus dibedakan antara kode dari perilaku  seperti: kode hukum, kode sopan santun, dan kode penandaan. Misalnya kode jalan raya (highway) merupakan kode sebuah perilaku dan juga kode penandaan. Menurut Bernstein tidak ada kode penandaan yang dapat dipisahkan dari praktik-praktik sosial penggunanya.
Pada kode penandaan memiliki sejumlah karakteristik antara lain:
1.      Kode-kode tersebut memiliki sejumlah bagian (atau kadang kala satu bagian) yang bisa dipilih yang disebut sebagai dimensi paradigmatik.
2.      Semua kode memiliki makna.
3.      Semua kode bergantung pada persetujuan para penggunanya dan juga pada kesamaan latar belakang budaya.
4.      Menampilkan sebuah fungsi sosial dan komunikasi yang spesifik.
5.      Bisa di transmisikan oleh media atau saluran komunikasi yang sesuai.
Dari pembahasan diatas terdapat sifat dasar dari unit-unit yang membentuk sebuah kode yaitu analog dan digital.

KODE ANALOG DAN DIGITAL
            Kode analog dan digital disebut juga sebagai tipe paradigm yang memiliki persamaan mendasar namun tetap memiliki karakteristik. Kode digital adalah tipe paradigma yang kelompok-kelompoknya terpisah secara jelas, sedangkan analog bekerja dalam sebuah skala yang berkesinambungan. Jadi kode digital lebih mudah dipahami karena unitnya terpisah secara jelas.
·         Contoh kode digital: kode arbitrer.
·         Contoh kode analog: music, tarian dan alam
Jadi terdapat perbedaan antara unit-unit tersebut yang harus diidentifikasi supaya mudah dikenali melalui icon sign yang memang memerlukan penerapan fitur-fiur digital terhadap realitas yang bersifat analog, namun persepsi terhadap realitas itu sendirilah yang menjadi proses penngiriman ataupun konstruksi sosial.
KODE PRESENTASIONAL
            Kode memiliki fungsi-fungsi komunikatif dan sosial yang dikelompokkan menjadi kode representasional dan presentasional.
Kode-kode representasional digunakan untuk memproduksi teks yang dipahami sebagai pesan-pesan yang memiliki eksistensi independen sedangkan kode presentasional bersifat menunjukkan secara jelas, atau tidak bisa diwakili.
KOMUNIKASI NON-VERBAL
            Komunikasi non-verbal dilakukan dengan kode-kode presentasional melalui gerak tubuh, gerakan mata, ataupun kualitas suara, yang pesan-pesannya hanya bisa dilakukan sekarang atau saat ini saja.
            Kode presentasional memiliki dua fungsi, yaitu:
1.      Memberikan informasi mengenai pembicara atau situasi yang dialaminya sehingga pendengar bisa belajar berbagai hal terkait dengan pembicara seperti identitas, emosi, sikap, posisi sosial dan sebagainya.
2.      Sebagai manajemen interaksi.
Dari kedua fungsi kode presentasional tersebut dapat juga dilakukan oleh representasional, namun para ahli psikologi sosial menengarai bahwa terdapat fungsi ketiga yang dapat dilakukan oleh representasional yaitu fungsi kognitif atau ideasional. Fungsi ini untuk menyampaikan informasi tentang suatu yang tidak hadir dalam teks/ pesan dan juga melibatkan pembuatan pesan atau teksyang bebas/ independen dari komunikator.
Argyle (1972) mengemukakan bahwa tubuh manusia merupakan transmisi utama yang didaftar sebagai kode presentasional. Diantaranya adalah:
1.      Kontak tubuh.
2.      Kedekatan jarak.
3.      Orientasi.
4.      Penampilan.
5.      Anggukan kepala.
6.      Ekspresi wajah.
7.      Bahasa tubuh/ Gesture.
8.      Postur cara kita duduk.
9.      Gerakan mata atau kontak mata.
10.  Aspek nonverbal dari pembicaraan (speech).
a)      Kode intonasi (prosodic) yang mempengaruhi makna dari kata-kata yang digunakan.
b)      Kode-kode paralinguistik yang mengomunikasikan informasi dari pembicara.
KODE-KODE TERELABORASI DAN TERBATAS
Karakteristik dari kode-kode terelaborasi dan terbatas:
1.      Kode terbatas lebih sederhana dibanding dengan kode elaborasi karena memiliki kata dan struktur kalimat yang lebih sedikit.
2.      Kode terbatas lebih cenderung digunakan secara lisan dan oleh sebab itu lebih dekat ke presentasional, sedangkan elaborasi dapat tertulis dan diucapkan.
3.      Kode terbatas cenderung terjadi pengulangan/ lebih bisa ditebak sedangkan kode elaborasi lebih bersifat tidak pasti (entropic).
4.      Kode terbatas lebih diarahkan kepada hubungan sosial, sedangkan kode elaborasi lebih ditekankan kepada kepentingan individu.
5.      Kode terbatas bergantung pada interaksi dengan kode-kode nonverbal.
6.      Kode terbatas mengekpresikan hal-hal nyata, spesifik, saat ini dan sekarang,sedangkan kode elaborasi mengekpresikan abstrak,  umum, dan hal-hal yang absen keberadaannya.
7.      Kode terbatas bergantung pada pengalaman budaya, sedangkan kode elaborasi pada pendidikan dan pelatihan formal-kode ini perlu dipelajari agar bisa dipahami.
KODE DAN PENEMPATAN NILAI
            Kode terbatas dan elaborasi adalah kode yang berbeda dan memiliki fungsi yang berbeda pula yang masing-masing memiliki nilai-nilai positif dan negatif tergantung bagaimana kita memaksimalkan pemikiran kita.
KODE-KODE BROADCAST (TERSEBAR LUAS) DAN NARROWCAST (TERSEBAR TERBATAS)
            Kode broadcast adalah kode yang dibagi oleh anggota audiens massa yang menyediakan kebutuhan derajat keberagaman. Sedangkan kode narrowcast adalah kode yang ditujukan pada audien spesifik. Jadi kode broadcast memiliki banyak kesamaan dengan kode terbatas, sedangkan kode narrowcast memiliki kesamaan dengan kode elaborasi.
            Pada kode broadcast, terdapat tiga cara dimana audiens dapat dikatakan memunculkan pesan broadcast:
1.      Didalam isi pesan
2.      Cara dimana audiens menentukan bentuk dari pesan (sumber)
3.      Menjadi sumber pesan melalui sebuah pengembangan dari analisis pesan tersebut.
Fiske dan Hartley (1987) telah mengembangkan ‘bardic television’ yang dapat menentukan antara struktur pemikiran dan perasaan audiens, struktur pengalaman pesan penyiaran serta struktur institusi penyiaran. Berikut ini adalah fungsi televisi di dalam masyarakat modern:
1.      Mengartikulasi pemikiran-pemikiran utama dari konsensusu budaya yang mengenai sifat dasar realitas.
2.      Melibatkan individu-individu anggota budaya kedalam sistem-sistem nilai dominan, dengan mendidik dan menunjukkan bagaimana system bekerja.
3.      Merayakan, menjelaskan, menginterprestasikan dan mempertimbangkan hal-hal yang dilakukan oleh individu yang mewakili budaya.
4.      Menjamin budaya secara luasterkait penerimaan praktik-praktiknya dangan melakukan penegasan dan pengesahanterhadap berbagai ideologi yang dimilikinya melalui praktik dan potensi dunia yang tidak dapat diprediksi.
5.      Memaparkan pada sisi yang lain, semua praktik yang tidak sesuai dengan budaya itu sendiri yang mungkin merupakan hasil atau tekanan didalam budaya untuk berorientasi ke arah sebuah posisi ideologi baru.
6.      Meyakinkan audiens bahwa status dan identitas sebagai individu dijamin oleh budaya secara keseluruhan.
7.      Mentransmisikan perasaan menjadi bagi (anggota) budaya (perasaan aman dan keterlibatan).
Sedangkan kode narrowcast ditujukan pada audiens yang jelas dan terbatas , biasanya audiens yang telah memutuskan untuk mempelajari kode tersebut, dalam artian kode narrowcast tidak mengandalkan pada kesamaan pengalaman bersama. Jadi kode tersebut individualis, berorientasi personal dan berorientasi pada status, yang memiliki perbedaan apabila komunikator mengetahui lebih banyak, atau melihat dan merasa dengan cara yang berbeda. Audiens berharap untuk diperkaya melalui komunikasi. Sedangkan audiens dari broadcast mengharapkan penguatan dan konfirmasi. Jadi apabila kode narrowcast menegembangkan fungsinya didalam masyarakat lebih menekankan perbedaan antara ‘kita’ (pengguna kode) dan ‘mereka’ (orang kebanyakan, berselera rendah) sedangkan kode broadcast menekankan kesamaan diantara ‘kita’ (mayoritas). Namun bagaimanapun juga semua kode bergantung kepada persetujuan diantara para penggunanya.
Ada tiga cara penting untuk mencapai persetujuan yaitu
1.      Melalui konvensi dan penggunaan.
2.      Melalui persetujuan eksplisit.
3.      Melalui petunjuk didalam teks.
KONVENSI DAN PENGGUNAAN
Yaitu melalui pengharapan-pengharapan yang tidak tertulis dan tidak terucapkan yang berasal dari pengalaman bersama dari anggota sebuah budaya yang meliputi cara berpakaian dan berperilaku didalam batasan-batasan tertentu.
Konvensi tidak memiliki paradigma formal dari petanda yang pararel dengan paradigm penanda, misalnya kode berpakaian sebagai contoh, seperti dasi, kemeja, jaket kaos kaki, jeans dll. Dalam hal berpakaian setiap orang memiliki persepsi dan makna  yang berbeda-beda,seperti adanya penyimpangan, sikap tidak menghormati atau perlawananyang dapat menciptakan makna mengenai kita sebagai pemakai pakaian, persepsi kita mengenai hubungan kita dengan orang-orang yang akan kita temu dan peran kita didalam situasi sosial yang akan kita lakukan sepanjang hari. Misalnya seorang pelamar kerja memakai celana jeans ketika wawancara, hal semacam itu bisa saja disebut penyimpangan karena tidak sesuai dengan budaya dan subbudaya oleh karena itu mengenali pesan secara berbeda pula.

KODE-KODE ARBITER (Atau Kode-Kode Logis)
            Kode arbiter di definisikan sebagai kode yang memiliki hubungan antara penanda dan petanda yang telah dinyatakan dan disepakati yang bersifat simbolik, dentatif, tidak perdonal dan statis. Misanya matematika, simbol-simbol kimia, lampu lalu lintas, kode jalan raya, dan ilmu pengetahuan yang mengkaji fenomena alam secara objektif, tidak personal dan universal.
Jadi kode arbiter ini bersifat statis dan hanya bisa berubah jika ada persetujuan eksplisit di antara para penggunanya.
KODE-KODE ESTETIK
            Kode estetik didefinisikan secara lebih fleksibel dan dapat berubah secara cepat. Kode estetik sangat dipengaruhi oleh konteks budaya yakni mereka memperbolehkan atau memberi kesempatan secara luas negoisasi makna. Misalnya seni rakyat, desain pakaian dan arsitektur,mobil, dll.
Konvensionalisasi
            konvensionalisasimerupakan sebuah proses dimana kode yang inovatif tidak konvensional yang secara bertahap diadopsi oleh mayoritas sehingga menjadi konvensional. Proses ini melibatkan gaya seni tingkat tinggi. Misalnya seni impresionisme yang prosesnya melibatkan kode terbatas (narrowcast), dikembangkan oleh kelompok budaya tertentu. Musik jazz juga mendapatkan penerimaan budaya secara luas sebagai konvensionalisasi.
Kode dan Konvensi
            Kode dan konvensi menciptakan pusat berbagi dari pengalaman budaya apapun yang keduanya memahami eksistensi social dan bisa menempatkan diri didalam budaya kita. Hanya melalui kode kita dapat merasakan dan mengepresikan keanggotaan kita didalam budaya, karena budaya merupakan organisme hidup yang aktif dan dinamis jika para anggotanya berpartisipasi secara aktif di dalam kode-kode komunikasi yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar