BAB IV
KODE-KODE
KODE
Setiap tanda mengandung sebuah pesan dan terkadang
pesan itu disetujui oleh semua anggota yang menggunakan kode itu. Jadi, didalam kehidupan sosial di kontrol
oleh berbagai aturan yang disebut sebagai kondisi yang di “kodekan”. Yang harus
dibedakan antara kode dari perilaku
seperti: kode hukum, kode sopan santun, dan kode penandaan. Misalnya
kode jalan raya (highway) merupakan kode sebuah perilaku dan juga kode
penandaan. Menurut Bernstein tidak ada kode penandaan yang dapat dipisahkan
dari praktik-praktik sosial penggunanya.
Pada kode penandaan memiliki sejumlah karakteristik
antara lain:
1. Kode-kode
tersebut memiliki sejumlah bagian (atau kadang kala satu bagian) yang bisa
dipilih yang disebut sebagai dimensi paradigmatik.
2. Semua
kode memiliki makna.
3. Semua
kode bergantung pada persetujuan para penggunanya dan juga pada kesamaan latar
belakang budaya.
4. Menampilkan
sebuah fungsi sosial dan komunikasi yang spesifik.
5. Bisa
di transmisikan oleh media atau saluran komunikasi yang sesuai.
Dari
pembahasan diatas terdapat sifat dasar dari unit-unit yang membentuk sebuah
kode yaitu analog dan digital.
KODE ANALOG DAN DIGITAL
Kode analog dan digital
disebut juga sebagai tipe paradigm yang memiliki persamaan mendasar namun tetap
memiliki karakteristik. Kode digital adalah tipe paradigma yang
kelompok-kelompoknya terpisah secara jelas, sedangkan analog bekerja dalam
sebuah skala yang berkesinambungan. Jadi kode digital lebih mudah dipahami
karena unitnya terpisah secara jelas.
·
Contoh kode digital:
kode arbitrer.
·
Contoh kode analog: music,
tarian dan alam
Jadi terdapat perbedaan antara unit-unit tersebut
yang harus diidentifikasi supaya mudah dikenali melalui icon sign yang memang memerlukan penerapan fitur-fiur digital
terhadap realitas yang bersifat analog, namun persepsi terhadap realitas itu
sendirilah yang menjadi proses penngiriman ataupun konstruksi sosial.
KODE PRESENTASIONAL
Kode memiliki fungsi-fungsi
komunikatif dan sosial yang dikelompokkan menjadi kode representasional dan
presentasional.
Kode-kode representasional digunakan untuk
memproduksi teks yang dipahami sebagai pesan-pesan yang memiliki eksistensi
independen sedangkan kode presentasional bersifat menunjukkan secara jelas,
atau tidak bisa diwakili.
KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal dilakukan
dengan kode-kode presentasional melalui gerak tubuh, gerakan mata, ataupun
kualitas suara, yang pesan-pesannya hanya bisa dilakukan sekarang atau saat ini
saja.
Kode presentasional memiliki dua
fungsi, yaitu:
1. Memberikan
informasi mengenai pembicara atau situasi yang dialaminya sehingga pendengar
bisa belajar berbagai hal terkait dengan pembicara seperti identitas, emosi,
sikap, posisi sosial dan sebagainya.
2. Sebagai
manajemen interaksi.
Dari kedua fungsi kode presentasional tersebut dapat
juga dilakukan oleh representasional, namun para ahli psikologi sosial
menengarai bahwa terdapat fungsi ketiga yang dapat dilakukan oleh
representasional yaitu fungsi kognitif atau ideasional. Fungsi ini untuk
menyampaikan informasi tentang suatu yang tidak hadir dalam teks/ pesan dan
juga melibatkan pembuatan pesan atau teksyang bebas/ independen dari
komunikator.
Argyle (1972) mengemukakan bahwa tubuh manusia
merupakan transmisi utama yang didaftar sebagai kode presentasional.
Diantaranya adalah:
1. Kontak
tubuh.
2. Kedekatan
jarak.
3. Orientasi.
4. Penampilan.
5. Anggukan
kepala.
6. Ekspresi
wajah.
7. Bahasa
tubuh/ Gesture.
8. Postur
cara kita duduk.
9. Gerakan
mata atau kontak mata.
10. Aspek
nonverbal dari pembicaraan (speech).
a) Kode
intonasi (prosodic) yang mempengaruhi makna dari kata-kata yang digunakan.
b) Kode-kode
paralinguistik yang mengomunikasikan informasi dari pembicara.
KODE-KODE TERELABORASI
DAN TERBATAS
Karakteristik dari kode-kode terelaborasi dan
terbatas:
1. Kode
terbatas lebih sederhana dibanding dengan kode elaborasi karena memiliki kata
dan struktur kalimat yang lebih sedikit.
2. Kode
terbatas lebih cenderung digunakan secara lisan dan oleh sebab itu lebih dekat
ke presentasional, sedangkan elaborasi dapat tertulis dan diucapkan.
3. Kode
terbatas cenderung terjadi pengulangan/ lebih bisa ditebak sedangkan kode
elaborasi lebih bersifat tidak pasti (entropic).
4. Kode
terbatas lebih diarahkan kepada hubungan sosial, sedangkan kode elaborasi lebih
ditekankan kepada kepentingan individu.
5. Kode
terbatas bergantung pada interaksi dengan kode-kode nonverbal.
6. Kode
terbatas mengekpresikan hal-hal nyata, spesifik, saat ini dan
sekarang,sedangkan kode elaborasi mengekpresikan abstrak, umum, dan hal-hal yang absen keberadaannya.
7. Kode
terbatas bergantung pada pengalaman budaya, sedangkan kode elaborasi pada
pendidikan dan pelatihan formal-kode ini perlu dipelajari agar bisa dipahami.
KODE DAN PENEMPATAN
NILAI
Kode terbatas dan elaborasi adalah
kode yang berbeda dan memiliki fungsi yang berbeda pula yang masing-masing
memiliki nilai-nilai positif dan negatif tergantung bagaimana kita
memaksimalkan pemikiran kita.
KODE-KODE BROADCAST
(TERSEBAR LUAS) DAN NARROWCAST (TERSEBAR TERBATAS)
Kode broadcast adalah
kode yang dibagi oleh anggota audiens massa yang menyediakan kebutuhan derajat
keberagaman. Sedangkan kode narrowcast adalah kode yang ditujukan pada audien
spesifik. Jadi kode broadcast memiliki banyak kesamaan dengan kode terbatas,
sedangkan kode narrowcast memiliki kesamaan dengan kode elaborasi.
Pada kode broadcast, terdapat tiga
cara dimana audiens dapat dikatakan memunculkan pesan broadcast:
1. Didalam
isi pesan
2. Cara
dimana audiens menentukan bentuk dari pesan (sumber)
3. Menjadi
sumber pesan melalui sebuah pengembangan dari analisis pesan tersebut.
Fiske dan Hartley (1987) telah mengembangkan ‘bardic television’ yang dapat menentukan
antara struktur pemikiran dan perasaan audiens, struktur pengalaman pesan
penyiaran serta struktur institusi penyiaran. Berikut ini adalah fungsi
televisi di dalam masyarakat modern:
1. Mengartikulasi
pemikiran-pemikiran utama dari konsensusu budaya yang mengenai sifat dasar
realitas.
2. Melibatkan
individu-individu anggota budaya kedalam sistem-sistem nilai dominan, dengan
mendidik dan menunjukkan bagaimana system bekerja.
3. Merayakan,
menjelaskan, menginterprestasikan dan mempertimbangkan hal-hal yang dilakukan
oleh individu yang mewakili budaya.
4. Menjamin
budaya secara luasterkait penerimaan praktik-praktiknya dangan melakukan
penegasan dan pengesahanterhadap berbagai ideologi yang dimilikinya melalui
praktik dan potensi dunia yang tidak dapat diprediksi.
5. Memaparkan
pada sisi yang lain, semua praktik yang tidak sesuai dengan budaya itu sendiri
yang mungkin merupakan hasil atau tekanan didalam budaya untuk berorientasi ke
arah sebuah posisi ideologi baru.
6. Meyakinkan
audiens bahwa status dan identitas sebagai individu dijamin oleh budaya secara
keseluruhan.
7. Mentransmisikan
perasaan menjadi bagi (anggota) budaya (perasaan aman dan keterlibatan).
Sedangkan kode narrowcast ditujukan pada audiens
yang jelas dan terbatas , biasanya audiens yang telah memutuskan untuk
mempelajari kode tersebut, dalam artian kode narrowcast tidak mengandalkan pada
kesamaan pengalaman bersama. Jadi kode tersebut individualis, berorientasi
personal dan berorientasi pada status, yang memiliki perbedaan apabila
komunikator mengetahui lebih banyak, atau melihat dan merasa dengan cara yang
berbeda. Audiens berharap untuk diperkaya melalui komunikasi. Sedangkan audiens
dari broadcast mengharapkan penguatan dan konfirmasi. Jadi apabila kode
narrowcast menegembangkan fungsinya didalam masyarakat lebih menekankan perbedaan
antara ‘kita’ (pengguna kode) dan ‘mereka’ (orang kebanyakan, berselera rendah)
sedangkan kode broadcast menekankan kesamaan diantara ‘kita’ (mayoritas). Namun
bagaimanapun juga semua kode bergantung kepada persetujuan diantara para
penggunanya.
Ada tiga cara penting untuk mencapai persetujuan
yaitu
1. Melalui
konvensi dan penggunaan.
2. Melalui
persetujuan eksplisit.
3. Melalui
petunjuk didalam teks.
KONVENSI DAN PENGGUNAAN
Yaitu
melalui pengharapan-pengharapan yang tidak tertulis dan tidak terucapkan yang berasal
dari pengalaman bersama dari anggota sebuah budaya yang meliputi cara
berpakaian dan berperilaku didalam batasan-batasan tertentu.
Konvensi
tidak memiliki paradigma formal dari petanda yang pararel dengan paradigm
penanda, misalnya kode berpakaian sebagai contoh, seperti dasi, kemeja, jaket
kaos kaki, jeans dll. Dalam hal berpakaian setiap orang memiliki persepsi dan
makna yang berbeda-beda,seperti adanya
penyimpangan, sikap tidak menghormati atau perlawananyang dapat menciptakan
makna mengenai kita sebagai pemakai pakaian, persepsi kita mengenai hubungan
kita dengan orang-orang yang akan kita temu dan peran kita didalam situasi
sosial yang akan kita lakukan sepanjang hari. Misalnya seorang pelamar kerja
memakai celana jeans ketika wawancara, hal semacam itu bisa saja disebut
penyimpangan karena tidak sesuai dengan budaya dan subbudaya oleh karena itu
mengenali pesan secara berbeda pula.
Kode arbiter di
definisikan sebagai kode yang memiliki hubungan antara penanda dan petanda yang
telah dinyatakan dan disepakati yang bersifat simbolik, dentatif, tidak
perdonal dan statis. Misanya matematika, simbol-simbol kimia, lampu lalu
lintas, kode jalan raya, dan ilmu pengetahuan yang mengkaji fenomena alam
secara objektif, tidak personal dan universal.
Jadi kode arbiter ini bersifat statis dan hanya bisa
berubah jika ada persetujuan eksplisit di antara para penggunanya.
KODE-KODE ESTETIK
Kode estetik didefinisikan secara
lebih fleksibel dan dapat berubah secara cepat. Kode estetik sangat dipengaruhi
oleh konteks budaya yakni mereka memperbolehkan atau memberi kesempatan secara
luas negoisasi makna. Misalnya seni rakyat, desain pakaian dan
arsitektur,mobil, dll.
Konvensionalisasi
konvensionalisasimerupakan sebuah
proses dimana kode yang inovatif tidak konvensional yang secara bertahap
diadopsi oleh mayoritas sehingga menjadi konvensional. Proses ini melibatkan
gaya seni tingkat tinggi. Misalnya seni impresionisme yang prosesnya melibatkan
kode terbatas (narrowcast), dikembangkan oleh kelompok budaya tertentu. Musik
jazz juga mendapatkan penerimaan budaya secara luas sebagai konvensionalisasi.
Kode dan Konvensi
Kode dan konvensi menciptakan pusat
berbagi dari pengalaman budaya apapun yang keduanya memahami eksistensi social
dan bisa menempatkan diri didalam budaya kita. Hanya melalui kode kita dapat
merasakan dan mengepresikan keanggotaan kita didalam budaya, karena budaya
merupakan organisme hidup yang aktif dan dinamis jika para anggotanya
berpartisipasi secara aktif di dalam kode-kode komunikasi yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar