Minggu, 28 April 2013

sejarah peradaban islam-bani abbasiyah


PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Maju mundurnya peradaban islam tergantung dari sejauh mana dinamika umat islam itu sendiri. Dalam sejarah islam tercatat, bahwa salah satu dinamika umat islam itu dicirikan oleh kehadiran kerajaan-kerajaan islam diantaranya Umayah dan Abbasiyah, Umayah dan Abbasiyah memiliki peradaban yang tinggi, diantaranya memunculkan ilmuwan-ilmuwan dan para pemikir muslim.
Jatuhnya Daulat Bani Umayyah pada tahun 750M dan bangkitnya Daulat Bani Abbasiyyah telah menarik perhatiaan banyak sejarahwan islam klasik. Para sejarawan melihat bahwa kejadian itu unik dan menarik, karena bukan saja merupakan pergantiana dinasti tetapi lebih dari itu adalah pergantiaan struktur sosial dan idiologi. Maka, banyak sejarahwan yang menilai bahwa kebangkitan Daulat Bani Abbasiyyah merupakan suatu revolusi dalam arti kata yang sebenarnya.
Masa kekhalifahan bani abasiyah merupakan masa kejayaan umat islam sepanjang sejarah. Pada masa itu titik berat pemerintahan bukan lagi pada perluasan wilayah yang banyak melibatkan kekuasaan militer, akan tetapi pada peradapan dan kebudayaan. Dengan demikian, pada masa itu banyak muncul hasil karya yang menjadi pelopor dalam dunia pengetahuan modern. 
B. Batasan Masalah

Mengingat luasnya materi yang berkenaan dengan Bani Abbaiyah, maka pada makalah ini kami hanya membahas sekitar:
a.       Berdirinya Bani Abbasiyah.
b.      Masa Pemerintahan Bani Abbasiyah
c.       Kemajuan Dinasti Bani Abbasiyah
d.      Kehancuran Dinasti Bani Abbasiyah

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan batasan masalah di atas, kami merumuskan masalah yaitu ‘’Bagaimana peradapan Islam pada pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah, dan aspek-aspek system pemerintahan Bani Abbasiyah sehingga mengalami masa kemajuan Islam’’.

C. Tujuan Penulisan

            Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui secara lebih rinci bagaimana peradapan Islam pada pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah dan memperdalam wawasan bagi kami untuk mengaji lebih dalam mengenai perkembanagan peradapan Islam yang sangat panjang, khususnya pada mata kuliah Sejarah Peradapan Islam.

PEMBAHASAN

A. Bani Abbasiyah
       Kekhalifahan Bani Abbasiyah didirikan oleh Abu Abbas as-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abas. Ia merupakan generasi kelima dari Abbas bin Muthalib ( paman nabi Muhamad saw). Sejak jaman Nabi Muhamad saw, Abbas merupakan pembela Islam yang kuat. Anaknya, Abdullah, banyak meriwayatkan hadis dari Nabi Muhammad saw.
Setelah berakhirnya masa pemerintahan Khulafaurrasyidin, kepemimpinan Islam dipegang oleh Bani Umayah. Sebagai salah satu dari keluarga dekat Nabi Muhammad saw. Bani Abbasiyah merasa berkewajiban meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Bani Umayyah. Untuk mencapai hal itu Bani Abbasiyah bergabung dengan golongan Syiah ( pendukung Ali bin Abi Talib ) serta orang-orang Persia yang mengalami nasib tertindas pada masa pemerintahan Bani Umayyah.
B. Berdirinya Bani Abbasiyah
       Pergantian kekuasaan dari Bani Umayyah ke Bani Abbasiyah di picu oleh kondisi pemerintahan pada masa itu yang sangat lemah. Hal itu menimbulakan banyak kekecewaan di kalangan masyarakat yang berujung pada keruntuhan kekhalifahan Bani Umayyah.
            Pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah melakukan berbagai usaha propaganda untuk mendapatkan dukungan dari rakyat.  
1. Tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah
            Beberapa tokoh yang berperan pentin\\g dalam proses berdirinya Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
a. Muhammad bin Ali
               Muhammad bin Ali merupakan peletak dasar-dasar pendirian kekhalifahan Bani Abbasiyah. Ia memulai gerakan yang disebut dakwah , yaitu gerakan propaganda kepada umat Islam bahwa yang lebih berhak memegang jabatan kekhalifahan adalah kelompok Bani Abbasiyah. Gerakan ini berhasil menjaring pengikut-pengikut yang setia, terutama di wilayah khurasan.
  b. Abu Abbas as-Saffah bin Muhammad  
                                                                        Ia meneruskan usaha ayahnya dalam gerakan dakwah. Setelah gerakan berhasil menumbang Khalifah Marwan (khalifah terakhir Bani Umayyah), ia dikukuhkan menjadi khalifah dan dianggap sebagai pendiri kekhalifahan Bani Abbasiyah. Akan tetapi, ia hanya memerintah dalam waktu yang relative pendek, yaitu empat tahun (750-754M).
  c. Abu Muslim al-Khurasani
            Ia merupakan tokoh kunci dalam gerakan dakwah Bani Abbasiyah. Kelihaiannya dalam berpropaganda berhasil menarik banyak pengikut di daerah asalnya,Khurasan. Setelah kelompok Bani Abbaiyah cukup kuat, mereka mulai menyerang kekuatan Bani Umayyah di daerah tersebut dengan Abu Muslim al-khurasani sebagai panglimanya. Hal itu berakhir dengan tumbangnya Khalifah Marwan dari Bani Umayyah.
2. Pergeseran Pusat Kekuasaan dari Damaskus ke Bagdad
            Semula Khalifah Abu Abas as- Saffah memilih kota Kufah sebagai tempat ibu kota pemerintahan. Kota ini di pilih karena merupakan tempat diproklamasikan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Karena sebagian besar warga Kota Kuffah adalah\ kelompok Syiah, ia memindahkan ibu koto ke Hirah.
            Setelah beberapa saat lamanya, ia kembali merasa tidak cocok di Hirah sehingga memindah ibu kota ke Anbar. Di kota itu Khalifah Abu Abbas as- Saffah membangun istana yang di beri nama Istana Hasyimiyah. Namun itu berasal dari nama kakenya yang bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Di kota Anbar ini pula terjadi pemberontakan Abu Muslim al-Khurasani, orang yang berjasa dalm proses berdirinya kekhalifahannya Bani Abbasiyah.
            Ketika Bani Abbas as-Saffah meninggal dunia, saudaranya yang bernama Abu Ja’far al-Mansur menggantikan sebagai khalifah. Ia mendirikan  istana di Kufah yang di beri nama Istana Hasyimyah II. Hal itu untuk membedakan dengan Istana Hasyimiyah yang dibangun oleh Abu Abbas as-Saffah.
            Pada tahun 762 M Khalifah Abu Ja’far al-Mansur memindahkan ibu kota ke Bagdad karena kota Anbar di anggap sudah tidak cocok lagi. Bagdad adalah sebuah kota kuno yang terletak di sebelah barat Sungai Tigris. Bagdad merupakan pusat perdagangan yang sering dikunjungi pedagang dari India dan Cina. Selain itu, Bagdad menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan yang penting di dunia ketika itu.
C. Masa Pemerintahan Bani Abbasiyah
            Pemerintah Bani Abbasiyah di mulai oleh pendirinya, Abu Abbas as-Saffah. Ia hanya memerintah selama empat tahun, yaitu antara tahun 750-754M. Selama masa pemerintahannya  Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan itu, para sejarahwan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode yaitu:

1.Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh    Persia pertama.
2.Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4.Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.
Adapun beberapa khalifah Bani Abbasiyah yang menonjol adalah sebagai berikut.
1. Abu Ja’far al-Mansur
            Abu Ja’far al-Mansur memerintah tahun 754-775 M. ia adalah khalifah yang memindahkan pust pemerintahan dari al-Hasyimiyah, sebuah kota di dekat Kufah, ke Bagdad yang terletak di dekat Csetiphon, bekas ibu kota Persia pada tahun 762 M. ia juga mengangkat seorang wazir sebagai kepala departemen. Orang pertama yang di angkatnya menjadi wazir adalah Khalit bin Bermak, orang Persia dari kota Balkh.
Hal ini yang menjadi awal masuk masuknya pengaruh pengaruh Persia dalam pemerintahan Bani Abbasiyah. Khalifah Abu Ja’far al-Mansyur juga membentuk  beberapa Lembaga, seperti Lembaga Protokol Negara, Lembaga Sekretaris Negara, dan Lembaga Kepolisian Negara. Menunjuk Muhammad bin Abdurahman sebagai Hakim Negara. Selain itu, Jabatan Pos yang sebelumnya hanya bertugas mengantar surat, fungsinya ditambah untuk menghimpun informasi dari daerah sehingga menghimpun informasi dari daerah sehingga memperlancar administrasi pemerintahan.
Dalam bidang militer, Khalifah Abu Ja’far al-Mansur berusaha memperluas wilayah kekuasaannya. Usaha-usaha itu adalah sebagai berikut:
1). Menaklukan Kota Malatia, Coppadocia, dan Sisilia antara tahun 756-758 M.
2) Berdamai dengan Khaisar Constantine V dari Byzantium, dengan kesediaan Kaisar
     Constantine V untuk membayar upeti antara tahun 758-765 M.
3). Melawan Turki Khazar di Kaukasus.
4). Melawan suku Daylami di Laut Kaspia.
5). Melawan Turki di India.
 2. Harun ar-Rasyid
            Harun ar-Rasyid memerintah dari tahun 786-806 M. masa pemerintahan Harun ar-Rasyid merupakan puncak kejayaan bani Abbasiyah. Pada masa itu banyak didirikan fasilitas-fasilitas sosial, seperti rumah sakit, rumah farmasi, serta pemandian-pemandian umum. Jumlah dokter pada waktu itu mencapai 800 orang. Selain itu Harun ar-Rasyid juga memajukan sector pertanian dengan membangun saluran irigasi. Oleh karena itu masyarakatnya memiliki tingkat kemakmuran, kesejahteraan sosial, kesehatan, dan pendidikan yang tinggi.
Negara Islam menjadi Negara yang kuat dan tak tak tertandingi. Harun ar-Rasyid adalah seorang raja besar Islam di zaman itu dan hanya Karel Agung (742-814 M) di Eropa yang dapat menjadi bandingannya. Jasa dibidang ilmu pengetahuan dan pemikiran masih dapat dinikmati hingga sekarang.
3. Al-Ma’mun 
            Al-Ma’mun memerintah selama 20 tahun dari tahun 813-833 M. ia adalah seorang Khalifah yang sangat cinta ilmu. Ia menggalakan penerjemahan buku-buku asing, terutama dari Yunani. Untuk melakukan hal itu, ia menggaji penerjemah-penerjemah professional dari berbagai agama.
Khalifah al-Ma’mun juga membangun Bait al-Hikmah yang menjadi pusat penerjemahan dan perpustakaan. Dengan demikian, Bagdad berkembang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Al-Mu’tashim
            Al-Mu’tashim adalah khalifah berikutnya (833-842 M),memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan,,keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Tentara dibina secara khusu menjadi prajurit-prajurit professional. Dengan demikian,kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.
a.Kondisi politik pada masa Bani Abbasiyah
Seiring dengan lamanya masa pemerintahan Bani Abbasiyah yang hampir empat enam abad, kondisi polotik dan pemerintahan Bani Abbasiyah selalu berubah. Hal itu disebabkan oleh latar berdirinya kekhalifahan Bani Abbasiyah yang diwarnai percekcokan politik, perbedaan social budaya dan pertentangan ideology. Pada periode pertama dan ketiga, pemerintah Bani Abbasiyah mendaoat pengaruh yang kuat dari orang-orang Persia. Periode kedua dan keempat pemerintah Bani Abbasiyah banyak dipengaruhi orang-orang Turki, sedangkan periode kelima pemerintahan Bani Abbasiyah tidak dipengaruhi pihak mana pun.
b. Dalam bidang pemerintahannya, Bani Abbasiyah melakukan usaha-usaha,
1). Mengangkat wazir dengan tugas membantu khalifah dalam
      Menjalankan pemerintahan.
2). Membentuk Dewan Sekretaris Negara (Diwanul Kitabah), yang terdiri 
      Dari sekretaris persuratan, sekretaris keuangan, sekretaris tentara, sekretaris
      kepolisian, dan sekretaris kehakiman.
3). Membentuk departemen yang bertugas membantu wazir
4). Mengangkat Amir dan Syaih al-Qura
5). Membentuk angkatan bersenjata yang terdiri dari Angkatan Darat dan
     Angkatan Laut.
6). Membentuk Baitul Mal atau Kas Negara.
7). Membentuk Mahkamah Agung.
c. Dalam bidang perekonomian, pemerintah Bani Abbasiyah melakukan
    pembangunan di beberapa sector antara lain,
(a). Sektor perdagangan
(b). Sektor pertanian
(c). Sektor perindustrian
4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa Bani Abbasiyah ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah adalah.,
a.       Asimilasi bangsa Arab dab non Arab
b.      Adanya gerakan penerjemah
Perkembanagan dua bidang ilmu itu adalah sebagai berikut,
a.Ilmu Pengetahuan Agama
Pada masa itu ditemukan dua macam metode penafsiran Al-Quran. Dua metode tesebut adalah,
1.      Metode Tafsir bil-Ma’sur
Metode ini menafsirkan Al_Qur’an berdasarkan penafsiran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Dan para sahabatnya yang termuat dalam hadis.

2.      Metode Tafsir bir-Ra’yi
Metode ini disebut juga metode rasional. Penafsirannya sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pikiran serta perkembangan dalam filsafat dan ilmu pengetahuan.
Empat ulama mazhab yang hidup pada masa Bani Abbasiyah adalah, Imam Abu Hanifah, dalam pendapt-pendapt hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah kota yang brada di tengah-tengah Kebudayaan Persia yang mencapi tingkat kemajuan yang tinggi. Ulama lain ialah Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal. Keempat imam mahab tersebut mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam perkembangan agama islam.
b. Ilmu Pengatuhan Umum
Ilmu pengetahun umum juga berkembang pesat pada masa itu. Hal itu ditunjukan dengan munculnya ilmuan-ilmuan muslim dalam bebrbagai bidang.
Ilmuan- ilmuan itu antara lain sebagai berikut,
a.       Al-Fazari. Ilmuan dibidang astronomi
b.      Al-Fargani, ilmuan di bidang astronomi
c.       Ar-Razi, ilmuan di bidang kedokteran
d.      Ibnu Sina, bidang kedokteran dan filsafat
e.       Abbu Ali Hasan al-Hayatami, ilmu di bidang optika
f.       Jabar bin Hayyan, ilmuan di bidang kimia
g.      Muhammad bin Musa alKhawarizmi, ilmuan matematika dan astronomi
h.      Al-Mas’udi, ilmuan dalam bidang sejarah dan geografi
i.        Al-Farabi, ilmuan dalam bidang filsafat.
Pada masa Bani Abbasiyah muncul gearakan-gerakan yang berlatar belakang idiologi yang menggangu stabilitas politik pemerintah. Gerakan-gerakan itu adalah,
(1). Gerakan ar-Rawandiyah
(2). Gerakan al-Muqanniyah
(3). Gerakan al-Khuramiyah
(4). Gerakan az-Zanadiqah (zindik).
Pada masa Bani Abbasiyah masyarakat terbagi menjadi dua kelas, yaitu,
a.       Kelas khusus, terdiri dari khalifah dan familinya, para pembesar, para bangsawan, anggota tentara dan pembantu istana.
b.      Kelas umun, yaitu terdiri dari seniman, pujangga, ulama, fukaha, saudagar, pengusaha, tukang dan petani.
Pada masa Bani Abbasiyah masyarakatnya terdiri dari berbagai bangsa, yaitu Magribi, Mesir, Syam, Arab, Irak, Persia, Sind dan Turki.


D. Kemajuan Dinasti Bani Abbasiyah
Setiap dinasti mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Bidang Politik dan Kebudayaan
Dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Kemajuan politik dan kebudayaan yang di capai oleh pemerintahan islam pada masa ini tidak ada tandingannya di kala itu. Kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajauan peradapan dan kebudayaan sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilanagan. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syi’ah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
2. Bidang Ekonomi
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.
3. Bidang Sosial
Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya.
Pemerintahan bani Umayah adalah pemerintahan yang memiliki wibawa yang besar sekali, meliputi wilayah yang amat luas, mulai dari negeri sind dan berakhir di negeri Spanyol. Ia demikian kuatnya sehingga apabila seseorang menyaksikannya, pasti akan berpendapat bahwa usaha mengguncangkannya adalah sesuatu yang tidak mudah bagi siapapun. Namun jalan yang ditempuh oleh pemerintahan Bani Umayyah, meskipun ia dipatuhi oleh sejumlah besar manusia yang takluk kepada kekuasaannya, tidak sedikitpun memperoleh penghargaan dan simpati dalam hati mereka. Itulah sebabnya belum sampai berlalu satu abad dari kekuasaan mereka, kaum Bani Abbas berhasil menggulingkan singgasananya dan mencampakannya dengan mudah sekali. Dan ketika singgasana itu terjatuh, demikian pula para rajanya, tidak seorangpun yang meneteskan air mata menangisi mereka.
Adapun penyebab keberhasilan kaum penganjur berdirinya Khilafah Bani Abbas ialah karena mereka berhasil menyadarkan kaum muslimin pada umumnya, bahwa Bani Abbas adalah keluarga yang paling dekat kepada Nabi saw, dan bahwasanya mereka akan mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah rasul dan menegakkan syari’at Allah.
Kalifah Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang mencintai seni dan ilmu. Ia banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan kalangan ilmuwan dan mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap seni.
Dinasti Bani Abbas pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah. disinilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah.
E. Kehancuran Dinasti Bani Abbasiyah
Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah Abbsiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti islam berdiri. Ada diantaranya dinasti yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukan kelemahan politiknya.
Pada masa inilah tentara Mongol dan tentara menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini adalah awal babak baru dalam sejarah islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana dalam periodisasi khalifah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua, namun demikian factor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba, benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya khalifah pada saat periode ini sangat kuat, benih-benih ini tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila kalifah kuat, para mentri cenderung berperan sebagai pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak factor yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing factor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska,11 ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya Ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyyah tidak ditegakkan di atas `ashabiyyah tradisional.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, disamping Fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu`ubiyah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakkil, seorang khlaifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya telah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia pada periode ketiga dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljuk pada periode keempat.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat (ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan faham Ahlussunnah wal Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam. Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf.
4. Ancaman dari luar
Apa yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.


 KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu, Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah atau khalifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Bani Abbasiyah karena para pendiri dan pengusaha dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh ibn al-Abass. Kekusaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132H (750M) sampai dengan 656H (1258M). selama dinasti ini berkuaa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa itu kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradapan dan kebudayaaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan , kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah pada periode pertama yang di sebut dengan periode pengaruh Persia pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M). Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran 






DAFTAR PUSTAKA

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada,
 2008
Stryzewska Bojena Gajane, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, Beirut: al-maktab
al-Tijari, Tanpa Tahun
Darsono, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, Solo:Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003
Nasution Harun, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : UI Press,  
1985


Darsono, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo:Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), hlm.30
Ibid, hlm .31
Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut : al-maktab al-Tijari, Tanpa Tahun),  h. 360
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2008),h.49
 Darsono, op. cit., hlm. 33
Ibid, hlm. 68
Harun Nasution, Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, jilid 1, (Jakarta : UI Press, 1985, cetakan kelima), hlm. 58
Badri Yatim, op.cit, hlm. 59

1 komentar:

  1. Casinos Near Harrah's Casino and Resort - Mapyro
    Casinos 강원도 출장안마 Near Harrah's Casino and Resort · Hollywood Casino 고양 출장마사지 at Charles Town Races · Hollywood Casino 전라북도 출장샵 at South Point Inn & Suites by Wyndham Lake 세종특별자치 출장샵 · Casinos Near 부천 출장마사지

    BalasHapus