BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab di
akhirat kelak. Shalat juga dapat dijadikan barometer amal-amal lain seperti
diungkapkan dalam sebuah hadits:
اول ما يحسب يوم القيامة الصلاة
“Hal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat”.
Khalifah Umar bin Al Khattab pernah mengirim surat
kepada Gubernur yang diangkatnya, pesannya, “sesungguhnya tugas kalian sebagai
Gubernur yang paling utama di mataku adalah shalat. Barang siapa memelihara
shalat, berarti ia telah memelihara agamanya. Barang siapa yang lalai terhadap
shalatnya, terhadap urusan lain akan lebih lalai”.
Begitu pentingnya shalat, karena shalat merupakan
penentu amal yang lain. Jika shalatnya baik, maka baik pula amalnya yang lain.
Ada juga para ulama yang mengibaratkan bahwa shalat itu diibaratkan sebagai
angka I (satu) sedangkan amal selain shalat itu diibaratkan angka 0, sehingga
jika shalatnya rusat atau bahkan tidak melakukan shalat maka nilai sama dengan
nol walaupun amalnya banyak. Akan tetapi jika shalatnya baik dan selalu
dikerjakan maka semua amalnya itu bernilai.
Oleh karena itu, maka shalat tidak boleh
ditinggalkan walau bagaimanapun keadaannya kecuali orang yang haid atau nifas
atau keadaan bahaya. Namun ada beberapa keringanan (rukhsah) bagi orang yang
ada dalam perjalanan (musafir) dalam tata cara pelaksanaan shalat, yaitu dengan
cara shalat jama dan shalat qashar. Namun hal itu juga bukan berarti boleh
meninggalkan shalat begitu saja, hanya berpindah pelaksanaan pada waktu
tertentu (yang telah diisyaratkan) dan syarat-syarat tertentu pula.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari sholat
jama’ dan sholat qasar?
2.
Bagaimana keada’an seseorang
yang boleh melakukan sholat jama’ dan sholat
3.
Qasar?
4.
Apa saja syarat-syarat untuk melakukan
sholat jama’ dan sholat qasar?
5.
Bagaimana cara melakukan sholat
jama’ dan sholat qasar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Shalat Qashar
1. Pengertian Shalat Qashar
Shalat
qashar ialah memperpendek atau meringkas shalat wajib yang empat rakaat menjadi
dua rakaat dan dilakukan pada waktu masing-masing. Jadi, dari pengertian
tersebut bahwa shalat yang boleh diqashar hanya ada tiga
yaitu: shalat dzuhur, ashar dan isya.
2.Dasar Mengqashar Shalat
وان اضربتم فى الأرض فليس عليكم جناج ان تكصرو امن الصلاة ان
خفتم ان يفتينكم الذين كفروا ان الكفرين كانوا لكم عدوامبينا.
“Dan bila kamu bepergian di bumi,
maka tidak mengapa atas kamu untuk mengqashar shalat, jika takut, bahwa
orang-orang kafir itu akan mengganggu kamu karena sesungguhnya orang-orang
kafir itu musuh yang nyata bagimu”.
Menurut
ayat di atas, mengqashar shalat hanya disyariatkan ketika dalam safar dan
karena khawatir dari gangguan orang-orang kafir (tidak aman). Namun mengqashar
shalat juga kemudian diberlakukan walaupun dalam keadaan aman. Hal ini sepeti
dijelaskan dalam sebuah hadits sebagai berikut:
قال أبو يعلى بن أمية: قلت لعمر بن الخطاب رضى الله عنه (فليس
عليكم جناج ان تقصروا من الصلوة ان خفتم أن يفتنكم الذين كفروا) فقد
امن الناس؟ قال عجيت مما عجبت منه فسألت رسول الله عن ذلك فقال: صدقة
تصدق الله عليكم ماقبلوا صدقة – رواه مسلم
“Abu
Ya’la Ibnu Umayah berkata, “saya pernah bertanya kepada Umar Ibnu al-Khatab tentang
ayat LAISA ‘ALAIKUM JUNAHUN ... KAFARU. Sedangkan sekarang orang-orang telah
aman? Umar menjawab, “akupun pernah kaget sebagaimana engkau kaget, lalu saya
bertanya kepada Rasulullah SAW, mengenai hal itu. Beliau menjawab, “itu adalah
shadaqah yang Allah bershadaqah dengannya atas kalian. Maka terimalah
shadaqah-Nya” (HR. Muslim).
Shalat
yang boleh diqashar seperti tersebut dalam pengertian di atas adalah shalat
yang empat rakaat. Karena shalat-shalat inilah yang dibenarkan oleh Rasulullah
SAW. Untuk diqashar sebagaimana Abdullah Bin Umar mengatakan:
صحبت النبي صلى الله عليه وسلم وكل لايذيد فى السفر على ركعتين
وأبا بكر وعمو وعثمان كذلك - رواه البخارى
“Aku
menyertai Nabi dalam safarnya. Beliau tidak (shalat) lebih dari dua rakaat
(kecuali maghrib). Demikian juga Abu Baka, Umar dan Utsman” (HR. Bukhari).
3. Syarat-syarat Shalat
Qashar
Dalam
shalat qashar ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan sehingga shalat ini
bisa dilakukan.
a. Orang yang sedang bepergian atau
merantau dan perjalanan yang dilakukan bukan ma’siat (terlarang). Sebagaimana
disebutkan dalam hadits Tsumamah bin syarahbil:
خرجت إلى الن عمر فقلت: ماصلاة المسفر؟ فقال: ركعتين
ركعبين الا صلاة المغرب ثلاثا - رواه احمد
“Saya pernah pergi ke tempat Ibnu Umar, saya bertanya
kepadanya: bagaimanakah shalatnya musafir? Jawabnya: “Dua rakaat-dua rakaat
kecuali shalat maghrib, tiga rakaat” (HR. Ahmad).6
b.
Perjalanannya jarak jauh. Tentang berapa (meter/kilo/mil)
jarak tempuh yang membolehkanmengqashar shalat dapat dilihat pada hadits di
bawah ini.
قال انس: مليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم
الظهر بلمدينة اربعا وصلت معه العصر بذالحليفة ركعتين (رواه مسلم). قال أنس رضى الله عنه: كان
رسول الله اذ خرد مسبرة ثلاثة اميال او ثلاثة فراسخ على ركعتين - رواه
مسلم
“Anas r.a berkata: “Aku shalat bersama Rasulullah di Madinah
empat rakaat (sebelum safar) dan aku shalat ashar bersama beliau di
Dzulhulaifah dua rakaat” (HR. Muslim).
“Anas r.a berkata: “Rasulullah SAW., apabila melakukan
perjalanan tiga mill atau tiga farsakh, shalat dua rakaat” (HR. Muslim).
Dari
kedua hadits di atas dapat kita ketahui bahwa jarak perjalanannya minimal tiga
mil atau tiga farsakh. Satu mil + 1.748 m. Jarak antara Madinah dan
Dzulhulaifah + 6 mil. Sedangkan satu farsakh + 8 km atau 4,57 mil, atau jarak
perjalanan itu lebih dari satu hari satu malam. Akan tetapi yang kita dapati
pada buku pelajaran fiqih dari mazhab Syafi’i ditulis bahwa jarak bepergian yang dibenarkan untuk mengqashar
shalat adalah delapan puluh mil atau + seratus dua puluh kilometer. Dan inilah
yang banyak diikuti oleh sebagian umat Islam di negeri kita. Karena yang
ditetapkan oleh Rasulullah adalah tiga mil ke atas, maka yang lebih utama kita ikuti
adalah ketetapan Rasulullah SAW ini.
قال أنس رضى الله عنه: خرجنا مع النبي صلى الله عليه وسلم من
المدينة إلى المكة فصلى ركعتين حتى رجعنا الى المدينة, فقلت اقمتم بها شيأ؟ اقمنا بها عشرا - رواه
البخارى
“Anas r.a berkata kami keluar bersama Nabi dari Madinah ke
Mekkah. Beliau shalat dua rakaat sehingga kami kembali ke Madinah. Maka aku
bertanya, “Apakah kalian bermukim di Mekkah? Jawabnya: kami bermukin di Mekkah
selama sepuluh hari” (HR. Bukhari).
Hal
yang serupa batas lamanya mengqashar shalat tidak ditentukan itu dapat kita
lihat dari hadits Tsumamah Ibnu Syarahir yang diriwayatkan oleh Ahmad, ia
berkata: “saya menemui Ibnu Umar, lalu saya bertanya “Apakah shalat musafir
itu”? ia menjawab dua rakaat-dua rakaat kecuali shalat maghrib. “Saya bertanya
lagi, apa pendapatmu jika kami berada di Dzilmajaj?”. Ia balik bertanya,
“apakah Dilmajaz itu?” saya menjawab, “suatu tempat yang kami berkumpul,
berdagang, dan tinggal selama dua puluh lima hari atau lima belas malam”. Ibnu
Umar berkata, “Hai anak laki-laki, saya pernah tinggal di Ajerbeijan. Saya
tidak yakin apakah empat bulan atau dua rakaat”.
Jadi
kalau kita lihat dari hadits di atas memang tidak ada ketentuan untuk batas
lamanya mengqashar shalat bagi musafir. Dan mungkin inilah yang dimaksud oleh
sebagian para ulama sebagai salah satu syarat bahwa shalat qashar masih harus
ada dalam bepergian.
c. Shalat yang diqashar itu, shalat
adaan (tunai) bukan shalat qadha. Adapun shalat yang ketinggalan di waktu
berjalan boleh diqashar atau diqadha dalam perjalanan, tetapi yang ketinggalan
sewaktu mukim tidak boleh diqadha dengan qashar sewaktu dalam perjalanan.
d. Berniat qashar ketika takbiratul
ikhram.
e. Tidak bermamum sekalipun sebentar
kepada orang yang tidak mengqashar shalatnya, sekalipun juga musafir.9
4. Tata Cara Shalat
Qashar
Pada
prinsipnya, pelaksanaan shalat qashar sama dengan shalat biasa hanya saja
berbeda pada niat rakaatnya dijadikan 2 rakaat dan tidak ada tahiyat awal. Jadi
setelah dua rakaat maka lakukanlah tahiyat akhir dan salam.
Contoh niat shalat dzuhur yang
diqashar:
نويت اصلى فرض الظهر مقصورة لله تعالى
“Aku tunaikan shalat fardhu dzuhur, diqashar karena Allah
Ta’ala”.10
2.2 Shalat Jama’
1. Pengertian Shalat Jama’
Shalat jama’ artinya mengumpulkan dua
shalat wajib dalam satu waktu.11 Misalnya, shalat dzuhur dan ashar pada waktu
dzuhur atau ashar.
2. Dasar Shalat Jama’
Shalat jama’ hukumnya boleh bagi
orang-orang yang sedang dalam perjalanan berada dalam keadaan hujan, sakit atau
karena ada keperluan lain yang sukar menghindarinya.12 Akan tetapi selain dari
perjalanan masih diperselisihkan para ulama.
Shalat wajib yang boleh dijama’ ialah
shalat dzuhur dengan shalat ashar dan shalat maghrib dengan shalat isya.
Dasarnya hadits Ibnu Abbas:
كانرسولاللهصلىاللهعليهوسلميجمعبينصلاةالظهروالعصرإذاكانعلىظهرسيرويجمعبينالمغربوالعشاء - رواهالبخاري
“Rasulullah
SAW biasa menjama’ antara shalat dzuhur dengan ashar, apabila beliau sedang
dalam perjalanan dan menjama’ maghrib atau isya”.
Menjama’ shalat isya dengan shubuh tidak
boleh atau menjama’ shalat ashar dengan maghrib juga tidak boleh, sebab
menjama’ shalat yang dibenarkan oleh Nabi SAW hanyalah pada seperti tersebut
pada hadits-hadits Ibnu Abbas.
Adanya orang yang menjamin lima shalat
wajib sekaligus pada saat yang sama adalah perbuatan yang tidak dibenarkan.
Orang yang melakukan hal semacam ini biasanya beranggapan bahwa boleh mengqadha
shalat. Padahal shalat wajib yang ditinggalkan oleh seorang muslim, selain
karena haid atau nifas atau keadaan bahaya maka orang itu termasuk melakukan
dosa besar dan shalat wajib yang ditinggalkannya itu tidak dapat diganti pada
waktu yang lain atau diqadha. Sebagaimana dalam sebuah hadits.
لاقضىفىالصلاةولكنقضىفىالصوم - الحديث
“...
tidak ada qadha dalam shalat tapi qadha itu ada pada puasa” (Al Hadits).
3.
Macam-macam Shalat Jama’
Shalat jama’ dibagi pada dua bagian
yaitu jama’ taqdim dan jama’ takhir. Jama’ taqdim ialah melaksanakan shalat
dzuhur dan ashar pada waktu dzuhur; shalat maghrib dan isya’ di waktu maghrib.
Sedangkan jama’ takhir ialah melaksanakan shalat dzuhur dan ashar di waktu
ashar; shalat maghrib dan isya’ di waktu isya.
Sabda Rasulullah SAW.
عنأنسقالكانرسولاللهصلىاللهعليهوسلماذارحلقبلانتزيغالشمساخرالظهرالىالوقبالعصرتمنزليمعبينهمافإنزاعتقبلانيرتحلصلىالظهرتمركب - رواةالبخارىومسلم
“Dari
Anas katanya: Rasulullah SAW, Apabila berangkat dalam perjalanan beliau,
sebelum tergelincir matahari, maka beliau ta’akhirkan sembahyang dzuhur ke
waktu ashar, kemudian beliau turun (berhenti) beliau jama’kan keduanya (dzuhur
dan ashar) maka jika telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat,
beliau sembahyang dzuhur dahulu, kemudian baru beliau naik kendaraan” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Dan juga sabda
beliau:
قالصعاذبنجبلرضىاللهعنهكانالنبيصلىاللهعليهوسلمقىغزوةتبوكاناارتحلقبلانتزيغالشمسأخرالظهرحتىيجمعهماالىالعصريصهماجميعا. واذاارتحلبعدزيغالشمسصلىالظهروالعصرجمعاثمسار. وكاناذاارتحلقبلالمغربالمغرحتىيصلهمامعالعشاءوإذاارتحلبعدالمغربعجلالعشاءفصلاهمامعالمغربرواهابودودواترمدى-
“Muadz
Ibnu Jabal r.a berkata, “Nabi SAW pada perang tabuk, bila terangkat sebelum
tergelincir matahari, beliau mengakhirkan dzuhur, kemudian menjama’nya dengan
ashar. Tetapi apabila berangkat setelah tergelincir matahari, beliau menjama’
dzuhur dan ashar (pada waktu dzuhur), lalu berangkat (meneruskan
perjalanannya). Demikian pula bila ia berangkat sebelum maghrib sehingga ia
menjama’nya dengan isya, dan bila berangkat setelah waktu maghrib beliau
menyegerakan isya’ dan menjama’nya dengan maghrib (jama taqdim)” (HR. Abu Daud
dan Turmudzi).
4. Syarat-syarat Shalat
Jama’
Pada hadits di atas sudah jelas bahwa
shalat jama’ dibagi pada dua bagian yaitu jama’ taqdim dan jama takhir. Ada
beberapa syarat yang harus dilakukan ketika akan menjelaskan shalat jama’, baik
itu jama taqdim maupun jama’ takhir.
Adapun syarat
jama’ taqdim berdasarkan sebagian ulama ada tiga:13
a. Niat
jama’ pada shalat yang pertama sekalipun dalam prakteknya akan dipisahkan
dengan salam.
b. Tertib,
maksudnya hendak dimulai dengan sembahyang yang pertama (dzuhur sebelum ashar,
maghrib sebelum isya’).
c. Muawalah
dalam penilaian umum. Dalam hal ini, tidak mengapalah bila shalat yang dijama’
itu terpisahkan sejenak, tidak cukup melakukan shalat dua raka’at. Akan tetapi
yang lebih utama berturut-turut seolah-olah satu sembahyang.
Sedangkan syarat
jama’ takhir adalah sebagai berikut:14
a. Niat
jama’ pada waktu shalat yang pertama.
b. Masih
dalam bepergian hingga selesai shalat yang kedua.
5. Tata Cara Shalat Jama’
a. Cara
mengerjakan shalat jama’ taqdim
Bila seseorang hendak shalat dzuhur dan
ashar pada waktu dzuhur (jama’ taqdim) kerjakanlah shalat dzuhur sampai malam,
terus disambung dengan shalat ashar sampai selesai. Niat shalat ashar yang
dijama’ taqdim dengan shalat dzuhur dikerjakan waktu dzuhur:
اصلىفرضىالظهراربعركعاتمجموعابالعصرجمعتقديمللهتعالى
“Saya tunaikan shalat
fardu dzuhur empat rakaat, dijama’ taqdim dengan shalat ashar karena Allah
Ta’ala”.
b. Cara
mengerjakan shalat jama’ takhir
Bila seseorang hendak shalat maghrib dan
isya pada waktu isya (jama’ takhir) kerjakanlah shalat isya sampai sama terus
sambung dengan shalat maghrib sampai selesai. Dan pada waktu shalat yang
pertama harus dilakukan niat untuk mengerjakan shalat pada waktu yang kedua.
Adapun niatnya sebagai berikut:
اصلىفرضالعشاءاربعركعاتمجموعاباالمغربجمعتاخيرللهتعالى
“Saya tunaikan shalat
fardhu isya empat rakaat dijama’ takhir dengan maghrib, karena Allah Ta’ala”
2.3
Shalat Jama’ Qashar
Biasanya para musafir kalau mengerjakan
shalat jama’ sekaligus diqashar (diringkas)15. Adapun prakteknya sama dengan
shalat jama’ taqdim dan shalat jama’ takhir. Hanya saja karena mengerjakannya
diringkas, maka shalat dzuhur, ashar dan isya dilakukan hanya 2 raka’at. Kedua
shalat dikerjakan dalam satu waktu dan jumlah raka’atnya menjadi 2, kecuali shalat
maghrib hanya bisa dijama’ tapi tidak bisa diqashar.
Disamping itu di dalam menjalankan
shalat qashar tidak ada tasyahud awal. Karena di dalam shalat qashar seperti
shalat dzuhur, shalat ashar dan shalat isya’ hanya dikerjakan 2 raka’at. Jadi
pada waktu raka’at yang kedua langsung tasyahud akhir dan salam.
Contoh niat
shalat jama’ taqdim qashar:
اصلىفرضالعصرركعتينمجموعابالظهرجمعتقديمقصراللهتعالى
“Saya
tunaikan dzuhur diringkas 2 raka’at dijama’ taqdim dengan shalat ashar,
sekaligus diqashar, karena Allah Ta’ala”.
Contoh niat
shalat jama’ takhir qashar:
اصلىفرضالعشاءركعتينمجمعوعابالمغربجمعقاخوقصراللهتعالى
“Saya
tunaikan shalat fardhu isya dua rakaat, dijama’ takhir dengan maghrib sekaligus
diqashar karena Allah Ta’ala”.
BAB
III
KESIMPULAN
3.1
KESIMPULAN
Agama Islam merupakan agama yang sangat
toleran terhadap umatnya. Lihat saja pembahasan sebelumnya (Bab I dan Bab II).
Shalat merupakan amal yang benar-benar tidak boleh ditinggalkan, karena shalat
adalah penentu amal. Jangankan ditinggalkan yang lalai terhadapnya pun masuk
neraka “فويلللمصلي”
Namun dalam hal ini Islam memahami betul
kondisi umatnya. Kadang umatnya memiliki halangan untuk melakukan shalat, maka
Islam memberikan rakhsah atau keringanan yaitu jama’ dan qashar bagi mereka
yang memiliki halangan, kondisinya tidak setiap kondisi diperbolehkannya
melakukan jama’ dan qashar itu. Namun ada ketentuan-ketentuan yang harus
memenuhi diperbolehkannya menjama’ dan mengqashar, yaitu dengan jarak yang
ditempuh + 3 mil, masih dalam perjalanan, muawalah (berkelanjutan) dan berniat.
Menurut pendapat yang dipilih, boleh
mengerjakan jama’ taqdim atau menjama’ takhir lantaran sakir, misalkan sakit
yang sangat payah atau menimbulkan masyaqah. Namun sebagian ulama lagi
mengatakan bahwa shalat fardhu ketika sakit masih bisa dilakukan dengan duduk
atau berbaring bahkan dengan isyarat, dan pendapat ini masih diperselisihkan.
Terakhir kami mengutip sebuah kalimat
yang terdapat dalam kitab min haj: “Barang siapa yang mengerjakan ibadah yang
diperselisihkan oleh para ulama tentang syahnya sedangkan dia tidak taqlid
kepada pihak yang dapat membolehkannya, maka wajib mengulang mengerjakannya
lagi. Demikianlah karena keberaniannya melakukan ibadah yang seperti itu
dianggap sebagai abats (main-main, melakukan sesuatu yang tanpa guna).
Daftar pustaka
Dewan Hisbah PP. Persis.2002.“Risalah Shalat”.bandung:
Pustaka Umat
As’ad, aliy. 1979.”
Fathul Mu’in I”.yogyakarta: Menara Kudus
Thalib,M. 1994.“Fiqih
Tsanawiyah”.yogyakarta: Kota Kembang
Rasjid, Sulaiman.
1994. “fiqh islam” bandung: sinar
baru algensindo
Qosim al- ghazy,
Muhammad. 1992. “ fathul qorib “
surabaya: al- hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar