To be IAIN JEMBER
Selasa, 02 Desember 2014
Rabu, 02 April 2014
teknik mempersiapkan pidato
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pidato adalah suatu
ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepadaorang banyak. Pidato
yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orangyang mendengar
pidato tersebut. Pada saat berpidato sudah dapat dipastikan bahwa akanterjadi
hubungan antara yang berpidato dengan yang diberi pidato.
Oleh sebab itu ,
maka yang berpidato hendaknya mempersiapkan dirinya dengan sebaik-baiknya,agar
tercapai apa yang diharapkannya. Peranan pidato dalam menyampaikan ide atau
informasi secara lisan pada kelompok massa merupakan aktivitas yang sangat
penting,baik masa lalu maupun masa yang akandatang. Seorang yang sudah mahir
berbicara di depan umum akan dengan mudah menguasai massa dan menawarkan
ide-idenya agar dapat diterima orang lain. Salahsatunya dengan menggunakan
metode naskah.
Retorika adalah
seni berkomunikasi secara lisan oleh seseorang kepada jumlah orang secara
langsung bertatap muka, pada makalah ini akan membicarakan tahap apa saja
mengenai persiapan pidato. Sehingga pidato yang kita bawakan memiliki daya
tarik, informatif, rekratif dan persuasif.
2.
Rumusan Masalah
Berikut ini
adalah beberapa pertanyaan tentang teknik mempersiapkan pidato, antara lain :
1) Apa yang dimaksud dengan pidato?
2) Bagaimana cara mempersiapkan pidato?
3) Bagaimana cara pembawaan atau pelaksanaan pidato?
4) Bagaimana cara membuka dan menutup pidato?
5) Etika yang harus dipelajari dalam berpidato?
6) Apa tujuan dan jenis- jenis berpidato?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian
Pidato
Pidato
merupakan salah satu bentuk kegiatan berbicara yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap ada acara, baik acara formal maupun informal
selalu ada kegiatan berpidato, dari pidato sambutan sampai pada pidato
penyampaian informasi ataupun pidato ilmiah. Keterampilan berpidato tidak
begitu saja dapat dimiliki oleh seseorang, tetapi memerlukan latihan yang cukup
serius dan dalam waktu yang cukup, kecuali bagi mereka yang memang memiliki
bakat dan keahlian khusus.
Menurut
Hadinegoropidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang
ditujukan kepada orang banyak, atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan
di depan khalayak, dengan maksud agar para pendengar dapat mengetahui,
memahami, menerima serta diharapkan bersedia melaksanakan segala sesuatu yang
disampaikan kepada mereka.[1]
B. Persiapan Pidato
Pidato merupakan
salah satu kegiatan yang memerlukan persiapan yang cukup. Persiapan pidato ini
memiliki peran yang penting karena dengan persiapan yang dilakukan dengan baik,
pidato yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Terkait
dengan persiapan dan latihan dalam berpidato ini, mengemukakan tujuh langkah
dalam mempersiapkan pidato, yaitu:[2]
1.
menentukan topik dan tujuan
2.
menganalisis pendengar dan
situasi
3.
memilih dan menyempitkan topik
4.
mengumpulkan bahan
5.
membuat kerangka uraian
6.
menguraikan secara mendetail,
dan
7.
melatih dengan suara nyaring.
Ketujuh langkah tersebut dapat diringkas menjadi tiga
langkah yang tetap, yaitu: meneliti masalah (1, 2, dan 3), menyusun uraian (4,
5, dan 6), dan mengadakan latihan (7).
Topik dapat dipilih sesuai dengan tujuan
pidato yang akan disampaikan. Untuk mendapat topik yang baik dalam pidato, ada
beberapa kriteria atau pedoman yang harus diperhatikan dalam memilihnya.
Berikut ini dikemukakan beberapa kriteria yang dapat diacu dalam pemilihan
topik tersebut.
1.
Topik harus sesuai dengan latar
belakang pengetahuan Anda
Topik yang paling baik adalah topik yang memberikan
kemungkinan Anda lebih tahu daripada khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan
dengan kebanyakan pendengar.
2.
Topik harus menarik minat Anda
Topik yang paling enak dibicarakan adalah topik yang
paling Anda senangi dan menyentuh perasaan Anda.
3.
Topik harus menarik minat
pendengar
4.
Topik harus sesuai dengan
pengetahuan pendengar
5.
Topik harus terang ruang lingkup
dan pembatasannya
6.
Topik harus sesuai dengan waktu
dan situasi
7.
Topik harus dapat
ditunjang dengan bahan yang lain.
Sementara itu, Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S mengungkapkan
bahwa dalam hal penentuan pokok atau topik pembicaraan yang akan disampaikan
dalam pidato, perlu memperhatikan hal-hal berikut:[3]
1. Topik yang dipilih hendaknya
serba sedikit sudah diketahui dan memungkinkan untuk melengkapinya
2. Persoalan yang disampaikan
hendaknya menarik perhatian bagi pembicara sendiri
3. Persoalan yang disampaikan
hendaknya juga menarik perhatian pendengar
4.
Tingkat kesulitan persoalan yang
akan dibahas hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan pendengar
5. Persoalan yang disampaikan
hendaknya dapat diselesaikan dalam waktu yang disediakan.
Dengan
memilih topik yang sesuai dengan tujuan pidato yang akan disampaikan dan sesuai
dengan kriteria atau pedoman yang telah ada, diikuti dengan latihan yang baik
akan didapatkan pidato yan menarik dan sukses. Dalam mempersiapkan sebuah
pidato agar dapat menjadi pidato yang menarik, latihan penyampaian secara
efektif merupakan hal yang harus dilakukan.
C. Pembawaan Pidato
Pelaksanaan
atau pembawaan pidato memerlukan persiapan dan latihan yang cukup. Selain
persiapan dan latihan yang cukup, masih banyak hal yang harus diperhatikan
ketika seseorang menyampaikan pidatonya di depan audiens. Dalam hubungannya
dengan persiapan, pelaksanaan, dan akhir wicara atau pidato, Widyamartaya mengemukakan
tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu: (1) pembawaan awal pembicaraan
atau awal pidato, (2) selama berbicara, dan (3) pembawaan akhir wicara. [4]
1.
Pembawaan Awal
Pembicaraan
a.
Tenangkan diri Anda sebelum
maju ke depan. Bila Anda berdiri di depan orang banyak untuk berbicara, jangan
terus berbicara, tapi tenangkan dulu diri Anda. Selama 10 sampai 15 detik
berdirilah dengan tenang menyadari diri, pandanglah para hadirin, dan ambillah
nafas dalam-dalam.
b.
Setelah Anda menguasai diri dan
mengadakan kontak dengan pendengar Anda,
ucapkan sapaan-sapaan dengan sepenuh hati dan simpatik.
c.
Awalilah pembicaraan Anda
dengan menyinggung kesempatan/tempat yang diberikan pada Anda atau apa yang
pernah disampaikan pembicara sebelumnya.
d.
Bangkitkan minat hadirin dengan
mengutarakan suatu kejadian yang aktual, data statistik, suatu pertanyaan, alat
peraga, menyinggung pentingnya suatu masalah, dan sebagainya.
2.
Selama Berbicara
a.
Menggunakan pause, jeda
sementara untuk memberi kesempatan kepada pendengar guna mencerna penjelasan
yang baru disampaikan, sekaligus sebagai persiapan untuk memasuki persoalan
berikutnya.
b.
Pembicaraan diselingi dengan
sapaan-sapaan yang bervariatif.
c.
Kata-kata atau frase yang
penting ditekankan dengan intonasi khusus.
d.
Nada dan suara harus dapat
bervariasi.
e.
Dukunglah pembicaraan dengan
mimik, intonasi, dan solah bawa yang tepat.
f.
Pembicaraan diusahakan logis
dan sistematis.
3.
Pembawaan Akhir
Berbicara
a.
Perhitungkan kemampuan
pendengar dan pembicara, jangan bernafsu bicara banyak dan jangan kita
mengikuti perasaan kita sendiri.
b.
Bila gagasan yang akan
disampaikan sudah memadai segera berhenti. Bicara yang berkepanjangan biasanya
hasil dari pemikiran yang kurang lama atau masak.
c.
Bila pembicaraan cukup panjang,
kemukakan ringkasan pokok persoalan yang disampaikan. Tekankan atau tandaskan
sekali lagi maksud pokok pembicaraan Anda.
d.
Akhiri pembicaraan Anda dengan
semangat yang menyala, tidak turun atau melemah.
e.
Hindarkan basa-basi yang tidak
perlu, misalnya ucapan “Saya kira cukup sekian pembicaraan Saya”, ucapkan saja
“Terima kasih atas perhatian Saudara.”
f.
Wajah dan gerak-gerik hendaklah
selalu memancarkan suatu kepercayaan diri. Hindarkan gerak-gerik yang kurang
baik, seperti penyeringaian, buru-buru, angkat bahu, dan sebagainya.
D.
Cara Membuka dan Menutup
Pidato
1.
Cara Membuka Pidato
Pembukaan dalam
berpidato memiliki peranan yang cukup besar dalam kesuksesan berpidato. Kalau
dalam pembukaan pidato sudah bagus, maka pendengar akan merasa tertarik untuk
mengikuti uraian pidato selanjutnya. Jalaluddin Rachmat menyarankan beberapa hal
yang dapat dilakukan dalam membuka dan menutup pidato[5].
Cara dan waktu yang dibutuhkan dalam membuka pidato menurutnya sangat bergantung pada topik, tujuan,
situasi, khalayak, dan hubungan antara komunikator dan komunikan. Adapun
cara-cara membuka pidato tersebut dapat dipilih salah satu dari yang berikut:
1.
Langsung menyebutkan pokok
persoalan. Komunikator menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakannya dan
memberikan kerangka pembicaraannya. Cara ini biasanya dilakukan bila topik
adalah pusat perhatian khalayak.
2.
Melukiskan latar belakang
masalah.
Komunikator menjelaskan sejarah topik, membatasi perngertian, dan
menyatakan masalah-masalah utamanya.
3.
Menghubungkan dengan peristiwa
mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
4.
Menghubungkan dengan peristiwa
yang sedang diperingati.
5.
Menghubungkan dengan tempat
komunikator berpidato.
6.
Menghubungkan dengan suasana
emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak.
7.
Menghubungkan dengan kejadian
sejarah yang terjadi di masa lalu
8.
Menguhubungkan dengan keperluan
vital pendengar
9.
Memberikan pujian pada khalayak
atas prestasi mereka
10.
Memulai dengan pernyataan yang
mengejutkan
11.
Mengajukan pertanyaan
provokatif atau serentetan pertanyaan
12.
Menyatakan kutipan
13.
Menceritakan pengalaman pribadi
14.
Mengisahkan cerita faktual,
fiktif atau situasi hipotetis
15.
Menyatakan teori atau
prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya
16.
Membuat humor.
2. Cara Menutup Pidato
Selain pembukaan
pidato, masalah penutupan pidato juga menjadi masalah yang penting. Penutup
pidato paling tidak harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi,
memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan,
menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif. Dalam sebuah
pidato, dikenal dua macam cara menutup pidato yang buruk, yaitu: berhenti
tiba-tiba tanpa memberikan gambaran komposisi yang sempurna dan berlarut-larut tanpa pengetahuan di mana
harus berhenti.
Berikut ini
beberapa cara menutup pidato sebagaimana yang diungkapkan oleh Rachmat (1999:
60-63):
1.
Menyimpulkan atau mengemukakan
ikhtisar pembicaraan.
Cara yang paling mudah dalam menyimpulkan ini adalah
dengan membilangnya dalam urutan satu, dua, tiga, dan seterusnya.
2.
Menyatakan kembali gagasan
utama dengan kalimat dan kata yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan setelah
menyebutkan ikhtisar pidato atau tanpa ikhtisar pidato.
3.
Mendorong khalayak untuk
bertindak (Appeal for Action).
Cara ini biasanya dipakai terutama untuk menutup pidato
persuasif yang ditujukan untuk memperoleh tindakan tertentu dari khalayak.
4.
Mengakhiri dengan klimaks.
Karena akhir pidato merupakan puncak seluruh uraian,
maka menuju penutup pidato dapat dilakukan dengan uraian menjadi lebih penting
dan lebih patut mendapat perhatian.
5.
Mengatakan kutipan sajak, kitab
suci, peribahasa, atau ucapan ahli.
Kutipan dapat menambah keindahan komposisi, asal kutipan
yang dipakai tersebut ada kaitannya dengan tema yang dibicarakan atau
menunjukkan arah tindakan yang harus
dilakukan.
6.
Menceritakan contoh yang berupa
ilustrasi dari tema pembicaraan.
Ilustrasi ini harus berbentuk cerita yang menarik
perhatian yang menghidupkan jalannya uraian. Panjang pendeknya cerita dapat
disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7.
Menerangkan maksud sebenarnya
pribadi pembicara.
8.
Memuji dan menghargai khalayak.
Pujian yang efektif adalah pujian yang wajar, ikhlas,
dan tidak berlebih-lebihan.
9.
Membuat pernyataan yang humoris
atau anekdot lucu.
Kalau bukan ahli, cara menutup pidato inilah yang paling
sukar dilakukan.
Sebaiknya penutup pidato diucapkan
secara bebas, jangan membaca pada teks, karena akan membawa efek yang kurang
meyakinkan. Pembicara harus mengucapkan secara bebas, dan diucapkan dengan
kontak mata yang sugestif terhadap pendengar.
E.
Etika dalam
berpidato
Dalam menyampaikan pidato harus menjaga etika – etika ,
diantaranya :
1.
Mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan,
rapi, bersih dan sopan
2.
Tampil dengan bersahaja, sopan dan rendah hati
3.
Menyisipkan beberapahumor segar dalam pidato
4.
Gunakan kata-kata yang sopan, halus dan sederhana
5.
Sebagai kata penutup jangan lupa mengucapkan maaf bila
terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan lain-lain.
E.
Tujuan
Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut
ini :
1.
Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita
dengan sukarela.
2.
Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3.
Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur
sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
4.
Edukatif, yaitu berupaya untuk menekankan pada
aspek-aspek pendidikan
F.
Jenis-jenis
Pidato
Berdasarkan ada
tidaknya persiapan dalam pidato, Rachmat (1999: 17-18) membagi jenis pidato
menjadi empat macam, yaitu pidato impromtu, manuskrip, memoriter, dan
ekstempore. Tokoh lain menyebut empat bentuk ini bukan sebagai jenis
pidato, tetapi merupakan metode pidato.
1.
Pidato Impromtu
Pidato
impromptu adalah pidato yang disampaikan tanpa adanya persiapan dari orang yang
akan berpidato. Misalnya, ketika Anda datang ke suatu pesta, kemudian Anda
diminta untuk menyampaikan pidato, maka pidato yang Anda sampaikan tanpa adanya
persiapan terlebih dahulu tersebut dinamakan pidato impromtu. Bagi mereka yang
sudah terbiasa berpidato, pidato impromtu ini memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya adalah (1) impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara
yang sebenarnya, karena pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang
disampaikannya, (2) gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak
segar dan hidup, dan (3) impromtu memungkinkan Anda terus berpikir.
Namun
demikian, impromtu ini memiliki beberapa kelemahan, terutama bagi pembicara
atau orang yang belum terbiasa berpidato. Kelemahan-kelemahan impromtu tersebut
antara lain adalah (1) impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah karena
dasar pengetahuan yang tidak memadai, (2) impromtu mengakibatkan penyampaian
yang tersendat-sendat dan tidak lancar, (3) gagasan yang disampaikan bias
“acak-acakan” dan ngawur, (4) karena tiadanya persiapan, kemungkinan “demam
panggung” besar sekali.
Menurut Jalaludin
Rachmat (1999: 17) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijadikan
pegangan ketika pidato impromtu harus dilakukan. Hal-hal tersebut antara lain
adalah:
1.
Pikirkan lebih dahulu teknik
permulaan pidato yang baik. Misalnya: Cerita, hubungan dengan pidato
sebelumnya, bandingan, ilustrasi, dan sebagainya.
2.
Tentukan sistem organisasi
pesan. Misalnya: susunan kronologis, teknik pemecahan masalah, kerangka sosial
ekonomi-politik, hubungan teori dan praktik.
3.
Pikirkan teknik menutup pidato
yang mengesankan. Kesukaran menutup pidato biasanya merepotkan pembicara
impromtu.
2.
Pidato Manuskrip
Pidato
jenis manuskrip ini juga sering disebut pidato dengan naskah. Orang yang
berpidato mmembacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Pidato jenis
manuskrip ini diperlukan oleh tokoh nasional dan para ilmuwan dalam melaporkan
hasil penelitian yang dilakukannya. Mereka harus berbicara atau berpidato
dengan hati-hati, karena kesalahan pemakaian kata atau kalimat akibatnya bisa
lebih luas dan berakibat negatif.
Keuntungan pidato manuskrip antara lain adalah (1)
kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang
tepat dan pernyataan yang gamblang, (2) pernyataan dapat dihemat, karena
manuskrip dapat disusun kembali, (3) Kefasihan bicara dapat dicapai, karena
kata-kata sudah disiapkan, (4) hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat
dihindari, (5) manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Akan tetapi kalau
dilihat dari proses komunikasi, kerugian pidato manuskrip ini akan lebih berat
, di antaranya adalah (1) komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara
tidak berbicara langsung kepada mereka, (2) pembicara tidak dapat melihat
pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku, (3)
Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau
memperpanjang pesan, (4) pembuatannya lebih lama daripada sekedar menyiapkan
garis-garis besarnya saja.
Agar dapat
menghindari berbagai kelemahan dari pidato manuskrip ini, maka perlu
diperhatikan beberapa hal berikut ini:
1.
Susunlah lebih dahulu
garis-garis besarnya dan siapkan bahan-bahannya.
2.
Tulislah manuskrip seolah-olah
Anda berbicara. Gunakan gaya percakapan yang lebih informal dan langsung.
3.
Baca naskah itu berkali-kali
sambil membayangkan pendengar.
4.
Siapkan manuskrip dengan
ketikan besar, tiga spasi dan batas pinggir yang luas.
3.
Pidato Memoriter
Pidato
jenis ini juga sering disebut sebagai pidato hafalan. Pembicara atau orang yang akan berpidato
menulis semua pesan yang akan disampaikan dalam sebuah naskah kemudian
dihafalkan dan disampaikan kepada audiens kata-demi kata secara hafalan. Pidato
memoriter ini sering menjadi tidak dapat berjalan dengan baik apabila pembicara
lupa bagian yang akan disampaikan, dan dalam pidato ini hubungan antara
pembicara dengan audiens juga kurang baik.
Kekurangan pidato
jenis ini antara lain adalah: tidak terjalin saling hubungan antara pesan
dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu dalam persiapan,
kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat.
4.
Pidato Ekstemporer
Pidato ekstemporer
ini adalah jenis pidato yang paling baik dan paling banyak digunakan oleh juru
pidato yang telah mahir. Dalam pidato jenis ini, pembicara hanya menyiapkan
garis besar (out-line) saja. Dalam penyampaiannya, pembicara tidak
mengingat kata demi kata tetapi pembicara bebas menyampaikan ide-idenya dengan
rambu-rambu garis besar permasalahan yang telah disusun. Komunikasi yang
terjadi antara pembicara dengan audiensnya dapat berlangsung dengan lebih baik.
Pembicara dapat secara langsung merespons apa yang terjadi di hadapannya sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Bagi pembicara yang
belum mahir berpidato, pidato jenis ekstempore ini memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut di antaranya adalah: persiapan kurang baik bila dibuat
terburu-buru, pemilihan bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena
kekurangan memilih kata dengan segera, kemungkinan menyimpang dari garis besar
pidato (out-line), tentu saja tidak dapat dijadikan bahan
penerbitan. Akan tetapi,
kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi dengan banyak melakukan latihan
berpidato..
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka
dapat disimpulkan dalam teknik mempersiapkan pidato yang dapat kita perhatikan
atau kita tinjau dari jenis-jenis pidato, jenis pidato ada empat, pertama
impromtu, kedua manuskrip, ketiga memoriter dan keempat ekstempore. Dengan
mengetahui jenis-jenis ini tentu mempermudah kita dalam berpidato
Berikut memilih topik dan tujuan
pidato. dalam pemilihan topik banyak sekali yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan. seperti pengetahuan, pendidikan, situasi, dan lainnya. tujuan
tidak lain dan tidak bukan agar pidato kita terarah, tepat sasaran dan
bermanfaat tentunya
Pidato yang baik dan efesien
dapat memberikan suatu kesan positif
bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau
berbicara yang baik di depan publik / umum dapat membantu untuk mencapai
jenjang karir yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Hadinegoro, Luqman. 2003. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta:
Absolut.
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Retorika Modern Pendekatan Praktis,
Cetakan ke-5. Bandung: Remaja Rosda Karya.
http://achenkpanyalai.blogspot.com/2011/11/makalah-pidato-yang-efektif.html diakses pada 11.27 wib pada 6 maret
2014
[1] Luqman Hadinegoro. 2003. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta:
Absolut hal: 1
[2] Keraf, Gorys. 1981. Diksi
dan Gaya Bahasa. Ende-Flores: Nusa Indah hal: 317
[3] Maidar G Arsjad. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan
Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta hal: 57
[4] Widyamartaya, A. 1980. Kreatif Berwicara. Yogyakarta: Kanisius hal: 32-35
[5] Jalaluddin Rakhmat. 1999. Retorika
Modern Pendekatan Praktis, Cetakan ke-5. Bandung: Remaja Rosda Karya hal 52-63
Jumat, 29 November 2013
Mulutmu Harimaumu..hati-hati ya!!!
Ada yang bilang perkataan juga merupakan sebuah do’a...Satu
hal yang paling saya sayangkan dan sangat saya sesali didunia ini yakni ketika
saya harus kehilangan orang yang sangat saya sayangi didunia hanya untuk sebuah
bercandaan ataupun guyonan yang akhirnya menjadi sebuah kenyataan...menurut
saya do’a ataupun perkataan kita sangatlah mustajab... apalah yang tidak Tuhan
kabulkan untuk kita selama ini...ketika kita minta ini Tuhan mengabulkan
kalaupun tidak dikabulkan pastilah DIA memberi dengan sesuatu yang lebih baik
tanpa kita sadari...
Seringkali seseorang berbicara tanpa diawali proses berpikir
dan tidak melalui pertimbangan sebelumnya. Tindakan seperti itu berpotensi
mengundang masalah baru yang boleh jadi akan berlarut-larut, sehingga
memperkeruh keadaan dan mengancam tali ukhuwah dengan sesama Muslim. Apabila
hal ini terjadi maka tidak ada tempat bagi orang yang berbicara kecuali neraka.
* ×Aöqs% Ô$rã÷è¨B îotÏÿøótBur ×öyz `ÏiB 7ps%y|¹ !$ygãèt7÷Kt
]r&
3 ª!$#ur
;ÓÍ_xî ÒOÎ=ym ÇËÏÌÈ
“Perkataan yang baik
dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS.
Al Baqarah: 263).
Selama kita diberi nikmat mulut dan suara (tidak bisu) pastilah
kita akan terus berbicara sepanjang hari, siang dan malam setiap orang pasti
berbicara. Dan, esok hari pun kita akan berbicara dan terus berbicara.
Oleh karena itu hemat dan cermatlah dalam
berbicara.semoga kita semua dapat menjaga perkataan yang telah kita lontarkan
dan semoga apa yang kita bicarakan dapat bermanfaat bagi orang lain.
JAGA LISAN KITA DARI PERKATAAN YANG TIDAK BERGUNA
Langganan:
Postingan (Atom)