Selasa, 23 April 2013

GURU DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Kualitas pendidikan dianggap masih rendah oleh banyak kalangan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa lembaga pendidikan yang masih  mempunyai tenaga pendidik yang belum profesional. Pertama ,hal  itu dipicu karena lulusan dari sekolah perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karna minimnya kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri karena yang dipelajari sering kali hanya terpaku pada teori sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif. Kedua,peringkat Human Davaloment Index (HDI) Indonesia yang  masih rendah (tahun 2004 peringkat111 dari 117 negara  dan  tahun 2005  peringkat 110 di bawah Vietnam). Ketiga, laporan Internasional  Educational  Achievement (IEA) bahwa  kemampuan  membaca siswa SD  Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara  yang  disurvei.
            Rendahnya  kualitas pendidikan  indonesia diperparah  lagi dengan marahnya jual beli gelar yang menghasilkan gelar ijazah palsu. Yang lebih ironis lagi  penjual dan pembeli gelar palsu yang dilakukan oleh orang-orang  yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan orang-orng yang selama ini di anggap sebagai tokoh masyarakat. Gelar tersebut diperoleh tanpa melalui proses pendidikan yang sebenarnya. Disatu sisi,orang dewasa susah payah berusaha mendapatkan gelar,disisi lain gelar itu diobral. Sungguh ketidak adilan yang sangat nyata. Pernyataan budi rahayu (2002) memperjelas masalah ini bahsa marahnya pasar gelar yang dilakukan oleh duni pendidikan tinggi yang tidak bertanggung jawab seakan menfasilitasi keinginan masyarakat yang malas bersusah payah menempuh pendidikan,namun mereka memiliki uang dan ingin dipandang atau dihormati dengan gelar yang disandangnya. Jangan heran kalau di negara kita banyak orang yang  memiliki gelar, tetapi tidak siap pakai, apalagi mampu menyiapkan lapangan kerja.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana guru sebagai pendidik profesional ?
2. Bagaimana guru sebagai pembimbing belajar  ?
3. Apa peranan guru dalam pengembangan kurikulum  ?
C.Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui guru sebagai pendidik profesional.
2.Untuk mengetahui guru sabagai pembimbing belajar.
3.Untuk mengetahui peranan guru dalam pengembangan kurikulum.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Guru sebagai pendidik profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang  dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).[1]
Sebagai pendidik proofesional, guru bukan saja dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan pengelompokannya atas tiga dimensi umum kemampuannya.
1.    Kemampuan profesional, yang mencangkup:
a)      Penguasaan materi pelajaran, mencangkup bahan yang akan di ajarkan dan dasar keilmuan dari bahan pelajaran tersebut.
b)      Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
c)      Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
2.    Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar
3.    Kemampuan personal yang mencangkup:
a)      Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.
b)      Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki oleh guru.
c)      Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.
Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi 10 kemampuan dasar, yaitu:
1)      Penguasaan bahan pelajaran besrta konsep-konsep dasar keilmuan
2)      Pengolaan program belajar-mengajar
3)      Pengolaan kelas
4)      Penggunaan media dan sumber pembelajaran
5)      Penguasaan landasan-landasan kependidikan
6)      Pengolaan interaksi belajar-mengajar
7)      Penilaian prestasi siswa
8)      Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
9)      Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah
10)  Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.
Kesepuluh kemampuan dasar di atas sebenarnya baru merupakan rincian kelompok kemampuan pertama (kemampuan profesional), sedangkan kelompok perincian yang keduadan ketiga (kemampuan sosial dan personal), belum di rinci lebih jauh padahal cukup penting. Di antara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar yang harus di kuasai guru adalah idealisme, idealisme dalam pendidikan.
Perbuatan mendidik harus dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai pengabdian pada nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk melahirkan generasi pembangunan, atau generasi penerus yang  lebih andal, dan sebagainya. Kalau perbuatan mendidik hanya didorong oleh kebutuhan memperoleh nafkah, maka guru-guru akan bekerja ala kadarnya, bekerja secara mekanistis dan formalitas.

B.     Guru sebagai pembimbing belajar
Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru  . Belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan olar guru. Dengan demikian guru memegang peranan penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum, untuk kegiatan belajar mengajar.
Dalam konsep pendikan klasik guru berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan , guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional guru berperan sebagai mitra belajar sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi guru lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing.

Ragam peranan guru dalam proses belajar-mengajar
PENYAMPAI PENGETAHUAN
PELATIH KEMAMPUAN
MITRA
BELAJAR
PENGARAH PEMBIMBING
           
Para pelaksana pendidikan termasuk guru sering tidak melihat keempat peranan tersebut. Mereka melihatnya sebagai dua ektrem. Pada satu ujung geru berperan sebagai penyampai ilmu dan pelatih, dan pada ujung lain para guru sebagai pengarah, pembimbing, pendorong, fasilitator dsb. Praktek pendidikan yang memberikan peranan kepada giru hanya sebagai penyampai ilmu atau pelatih dia anggap model lam, sedangkan yang memberikan peranan sebagai pengarah, pendorong, pembimbing di pandang model baru.
            Dalam mengoptimalkan perkembangan siswa, ada tiga langkah yang harus ditempuh. Peratama, mendiaknosi kemampuan dan perkembangan siswa. Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah di capainya, kemampuan-kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya. Setiap paserta didik sebagai individu mempunyai kemampuan, kecepatan belajar, karakteristik dan masalah-masalah sendiri, yang berbeda dengan individu lainnya. Perkembangan yang optimal hanya dapat di capai apabila kegiatan yang di lakukan siswa dan bantuan yang diberikan guru, sesuai dengan kondisi diri. Kedua,  memiliki  cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran yang betul- betul disesuaiakan dengan perbedaan individual, harus pendekatan pembelajaran yang bersifat individual. Disekolah – sekolah biasa umumnya digunakan pendekatan yang bersifat klasikal. Dalam pendekatan klasikal sebenarnya tidak tertutup kemungkinan untuk memperhatikan perbedaan individual. Salah satu prinsip pengajaran yang efektif, adalah menggunakan pendekatan atau metode dan media yang berfariasi. Ketiga,  kegiatan pembimbingan. Pemilihan dan pengguaan metode dan media yang bervariasi tidak dengan sendirinya, akan mengoptimalkan perkembangan siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut perlu disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan,  batuan, pengawasan, pengarahan, dan bimbingan dari guru. Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan pembelajaran, atau diluar kegiatan pembelajaran. Pembimbingan juga dapat berupa usaha-usaha pemberian remedial teaching dan pengayaan.

C.    Peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
Dilihat dari segi pengelolaannya pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi,desentralisasi dan sentral-desentral. Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi, kurikulum disusun oleh suatu tim khusus ditingkat pusat.
 Model pengembangan kurukulum yang bersifat sentralisasi mempunyai beberapa kelebihan disamping juga kelemahan. Kelebihannya selain mendukung tercciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, dan tercapainya standarminimal penguasaan/perkembangan anak, juga model ini mudah dikelola, dimonitor dan dievaluasi, serta lebih hemat dilihat dari segi biaya, waktu dan fasilitas. Hal-hal diatas tampaknya sesuai dengan kondisi dan tahap perkembangan negara kita dewasa ini.
1.      Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi.
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim atau komosi khusus, yang terdiri atas pra ahli. Penyusun kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dlm bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, stu semester,satu catur wulan,beberapa minggu ataupun beberapa hari saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atu satu catur wulan disebut program tahunan, semesteran, catur wulanan, sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu atau hari disebut satuan pelajar. Program tahunan,semesteran, catur wulnan,ataupun satuan pelajaran,memiliki komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran,metode dan media pembelajaran,dan evaluasi,hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda.
2.      Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
Kurikulum desentralisasi di susun oleh sekolah atau kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini di peruntukan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini di dasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut.
Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1) kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan masyarakat setempat, 2) kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, 3) di susun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya, 4) ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah dan guru).
Sedangakan kelemahannya: 1) tidak adanya keseragaman, 2) tidak adanya standar penelituian yang sama, 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah, 4) sukar untuk mengadaka pengolahan dan penilaian nasional, 5) belum semua sekolah atau daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
Dalam kurikulum yang di kelola secara desentralisasi dan sampai batas-batas tertentu peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar di bandingkan yang di kelola sentralisasi.[2]
Dalam tataran kelas. Murray Printr (1993) mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai implemter, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.
2.      Sebagai adaters, lebih dari sebagi pelaksana kurikulum,tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik, kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah.
3.      Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewewnangan dalam mendesain sebuah kurikulum.
4.      Sebagai peneliti kurikulum, peran ini di laksanakan sebagai tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dan meningkatkan kinerjanya sebagai guru.[3]
Sebagai kunci utama keberhasilan pengembangan kurikulum. Guru memegang banyak peranan yang sangat penting dan krusial.
1.      Pengelolaan administratif
Pengelolaan administratif adalah pengelolaan secara tercatat, teratur dan tertib, sebagai penunjang jalannya pendidikan yang lancar. Ruang lingkupnya antara lain mencakup administrasi kurikulum, administrasi siswa, administrasi personal, administrasi material dan administrasi keuangan.
2.      Pengelolaan konseling dan pengembangan kurikulum
Pengelolaan layanan bimbingan konseling dan pengembangan kurikulum merupakan hal yang mendesak dan diperlukan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Akan tetapi, untuk diperlukan keaqhlian pemahaman prinsip dan penguasaan keterampilan teknis. Diindonesia, pelaksanaan bimbingan konseling diserahkan kepada petugas yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Berdasarkan hasil survei dibeberapa negara eropa, kegiatan guru sehari-hari dilembaga pendidikan tempat ia bertugas adalah :
·         Melakukan pengelolaan administratif
·         Mempersiapkan bahan ajar
·         Memberikan layanan konseling dan informasi
·         Pertemuan dengan rekan sejawat, dan
·         Meneliti dan mengembangakan materi pelajaran
3.      Guru sebagai tenaga kependidikan

Jabatan guru adalah suatu profesi kependidikan  yang mensyaratkan di kuasainya kemmpuan profesionl yang memdai. Guru tidak hanya berperan sebagai guru dalam kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembangan alat-alat belajar, penyusun organisasi manager sistem pengajaran dan pembimbing, baik di sekolah dan masyarakat.
4.      Berpatisipasi dalam pengembangan kurikulum
Guru di harapkan berperan aktif dalam kepanitiaan atau tim pengembang kurikulum, bersama guru lainnya dan orang tua. Mereka di libatkn dalam perumusan kebijakan opersional serta perencanaan dan pelaksanaan administrasi pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, guru memegang peranan yang cukup penting, baik dalam perencanan,pelaksanan dn pengembangan kurtikulum bagi kelasnya
5.      Meningkatkan keberhasilan sistem intruksional
Keberhasilan mengajar tergntung pada tiga faktor, yaitu kepribadian, pengetahuan  dan keahlian guru. Kepribadian guru di tandai dengan sikap antusias, dan kecintaan terhadap siswa. Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda satu dengan yang lainnya, maka penampilan mereka di kelaspun berbeda. Guru juga harus mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang semua hal yang berkenaan dengan sistem intruksional. Sebagai pelaksana kurikulum, guru pula yang menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Dengan keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu mencuiptakan situasi belajar yang aktif dan mampu mendorong kreativitas anak.
6.      Pendekatan kurikulum
Guru yang bijaksana senantiasa berupaya mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan kepentingan masyarakat, kebutuhan siswa serta ilmu pengetahuan ilmu teknologi terkini. Upaya pengembangan inin disertai dengan tindakan yang nyata dikelas. Hasil perbaikan  dan pelaksannan kurikulum diperlihatkan kepada orang tua siswa melalui laporan siswa, dan orang tua tersebut memberikan respon atas laporan tersebut dengan demikian, terjadilah proses pengembangan kurikulum yang berkisanimbungan.
7.      Meningkatkan kepahaman konsep diri
Guru dapat mengembangkan kurikulum dengan cara mempelajari lebih banyak tentang dirinya sendiri. Keberhasila guru terletak pada pengetahuan tentang diri(self- know-ladge) dan pengenalan terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi, serta bagaimana mengatasi kelenahan-kelemahan tersebut.
8.      Memupuk hubungan timbal balik yang harmonis dengan siswa
Tujuan utama guru adalah mengubah pola tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Peningkatan kegiatan  belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh besarnya harapan guru tentang tingkah laku yang diinginkan. Guru berupaya memajukan dan mendorong kegiatan belajar siswa hingga terjadi perubahan tingkah laku yang diinginkan. Guru hendaknya bersifat menerima, menghargai, dan menyukai siswanya, hingga siswapun menyenangi guru dan menghayati serta harapan gurunya. Dengan demikian terciptalah suasana yang menyenangkan, mendorong belajar, berfikir, memecahkan masalah sendiri, dan mempelajari inkuiri personal secara efektif. Kerja sama seperti ini dapat meningkatkan upaya pengembangan kurikulum.[4]



DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rostakarya.
Kunandar. 2008. Guru Profesioanal Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syukmadinata, Nana Syaudih. 2010. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.





[1] Kanandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta : PT. RajaGrafondo Persada, 2008) Hal. 45
[2] Nana syaodih sukmadinata, pengembangan kurikulum teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010), hal. 198-201
[3] Wina Sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, (jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010), hal. 27-29
[4] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 232-234

Tidak ada komentar:

Posting Komentar