BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Kualitas
pendidikan dianggap masih rendah oleh banyak kalangan masyarakat. Hal ini bisa
dilihat dari beberapa lembaga pendidikan yang masih mempunyai tenaga pendidik yang belum
profesional. Pertama ,hal itu
dipicu karena lulusan dari sekolah perguruan tinggi yang belum siap memasuki
dunia kerja karna minimnya kompetensi yang dimiliki. Bekal kecakapan yang
diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara
mandiri karena yang dipelajari sering kali hanya terpaku pada teori sehingga peserta
didik kurang inovatif dan kreatif. Kedua,peringkat Human Davaloment
Index (HDI) Indonesia yang masih rendah
(tahun 2004 peringkat111 dari 117 negara
dan tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam). Ketiga,
laporan Internasional Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan
membaca siswa SD Indonesia berada
di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei.
Rendahnya kualitas pendidikan indonesia diperparah lagi dengan marahnya jual beli gelar yang
menghasilkan gelar ijazah palsu. Yang lebih ironis lagi penjual dan pembeli gelar palsu yang
dilakukan oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan dan orang-orng yang selama ini di anggap
sebagai tokoh masyarakat. Gelar tersebut diperoleh tanpa melalui proses
pendidikan yang sebenarnya. Disatu sisi,orang dewasa susah payah berusaha
mendapatkan gelar,disisi lain gelar itu diobral. Sungguh ketidak adilan yang
sangat nyata. Pernyataan budi rahayu (2002) memperjelas masalah ini bahsa
marahnya pasar gelar yang dilakukan oleh duni pendidikan tinggi yang tidak
bertanggung jawab seakan menfasilitasi keinginan masyarakat yang malas bersusah
payah menempuh pendidikan,namun mereka memiliki uang dan ingin dipandang atau
dihormati dengan gelar yang disandangnya. Jangan heran kalau di negara kita banyak
orang yang memiliki gelar, tetapi tidak
siap pakai, apalagi mampu menyiapkan lapangan kerja.
B.Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana guru sebagai pendidik profesional ?
2.
Bagaimana guru sebagai pembimbing belajar
?
3.
Apa peranan guru dalam pengembangan kurikulum
?
C.Tujuan
Masalah
1.Untuk
mengetahui guru sebagai pendidik profesional.
2.Untuk
mengetahui guru sabagai pembimbing belajar.
3.Untuk
mengetahui peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Guru sebagai
pendidik profesional
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
(UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).[1]
Sebagai pendidik proofesional, guru bukan saja dituntut untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan
dan kemampuan profesional.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan
pengelompokannya atas tiga dimensi umum kemampuannya.
1.
Kemampuan
profesional, yang mencangkup:
a)
Penguasaan
materi pelajaran, mencangkup bahan yang akan di ajarkan dan dasar keilmuan dari
bahan pelajaran tersebut.
b)
Penguasaan
landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
c)
Penguasaan
proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
2.
Kemampuan
sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan
sekitar
3.
Kemampuan
personal yang mencangkup:
a)
Penampilan
sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan.
b)
Pemahaman,
penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki oleh guru.
c)
Penampilan
upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.
Lebih lanjut Depdikbud (1980)
merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi 10 kemampuan dasar, yaitu:
1)
Penguasaan
bahan pelajaran besrta konsep-konsep dasar keilmuan
2)
Pengolaan program
belajar-mengajar
3)
Pengolaan kelas
4)
Penggunaan
media dan sumber pembelajaran
5)
Penguasaan
landasan-landasan kependidikan
6)
Pengolaan
interaksi belajar-mengajar
7)
Penilaian
prestasi siswa
8)
Pengenalan
fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
9)
Pengenalan dan penyelenggaraan
administrasi sekolah
10)
Pemahaman
prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan
peningkatan mutu pengajaran.
Kesepuluh kemampuan dasar di atas sebenarnya baru merupakan rincian
kelompok kemampuan pertama (kemampuan profesional), sedangkan kelompok
perincian yang keduadan ketiga (kemampuan sosial dan personal), belum di rinci
lebih jauh padahal cukup penting. Di antara kemampuan sosial dan personal yang
paling mendasar yang harus di kuasai guru adalah idealisme, idealisme dalam
pendidikan.
Perbuatan mendidik harus dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai
pengabdian pada nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk
melahirkan generasi pembangunan, atau generasi penerus yang lebih andal, dan sebagainya. Kalau perbuatan
mendidik hanya didorong oleh kebutuhan memperoleh nafkah, maka guru-guru akan
bekerja ala kadarnya, bekerja secara mekanistis dan formalitas.
B.
Guru sebagai
pembimbing belajar
Mengajar (teaching) merupakan
kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru . Belajar (learning) merupakan kegiatan atau
upaya yang dilakukan siswa sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang
diberikan olar guru. Dengan demikian guru memegang peranan penting baik dalam
penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum, untuk kegiatan belajar mengajar.
Dalam konsep pendikan klasik guru
berperan sebagai penerus dan penyampai ilmu, sedangkan dalam konsep teknologi
pendidikan , guru adalah pelatih kemampuan. Dalam konsep interaksional guru
berperan sebagai mitra belajar sedangkan dalam konsep pendidikan pribadi guru
lebih berperan sebagai pengarah, pendorong dan pembimbing.
Ragam peranan guru dalam proses belajar-mengajar
PENYAMPAI
PENGETAHUAN
|
PELATIH
KEMAMPUAN
|
MITRA
BELAJAR
|
PENGARAH
PEMBIMBING
|
Para pelaksana pendidikan termasuk
guru sering tidak melihat keempat peranan tersebut. Mereka melihatnya sebagai
dua ektrem. Pada satu ujung geru berperan sebagai penyampai ilmu dan pelatih,
dan pada ujung lain para guru sebagai pengarah, pembimbing, pendorong,
fasilitator dsb. Praktek pendidikan yang memberikan peranan kepada giru hanya
sebagai penyampai ilmu atau pelatih dia anggap model lam, sedangkan yang
memberikan peranan sebagai pengarah, pendorong, pembimbing di pandang model
baru.
Dalam mengoptimalkan
perkembangan siswa, ada tiga langkah yang harus ditempuh. Peratama,
mendiaknosi kemampuan dan perkembangan siswa. Guru harus mengenal dan memahami
siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah di capainya,
kemampuan-kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi
serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhinya. Setiap paserta didik sebagai
individu mempunyai kemampuan, kecepatan belajar, karakteristik dan
masalah-masalah sendiri, yang berbeda dengan individu lainnya. Perkembangan
yang optimal hanya dapat di capai apabila kegiatan yang di lakukan siswa dan
bantuan yang diberikan guru, sesuai dengan kondisi diri. Kedua, memiliki
cara pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran yang
betul- betul disesuaiakan dengan perbedaan individual, harus pendekatan
pembelajaran yang bersifat individual. Disekolah – sekolah biasa umumnya
digunakan pendekatan yang bersifat klasikal. Dalam pendekatan klasikal
sebenarnya tidak tertutup kemungkinan untuk memperhatikan perbedaan individual.
Salah satu prinsip pengajaran yang efektif, adalah menggunakan pendekatan atau
metode dan media yang berfariasi. Ketiga, kegiatan pembimbingan. Pemilihan dan
pengguaan metode dan media yang bervariasi tidak dengan sendirinya, akan
mengoptimalkan perkembangan siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran tersebut
perlu disertai dengan usaha-usaha pemberian dorongan, batuan, pengawasan, pengarahan, dan bimbingan
dari guru. Pembimbingan ini diberikan pada saat kegiatan pembelajaran, atau
diluar kegiatan pembelajaran. Pembimbingan juga dapat berupa usaha-usaha
pemberian remedial teaching dan pengayaan.
C.
Peranan guru
dalam pengembangan kurikulum.
Dilihat dari segi pengelolaannya pengembangan
kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi,desentralisasi dan
sentral-desentral. Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi,
kurikulum disusun oleh suatu tim khusus ditingkat pusat.
Model
pengembangan kurukulum yang bersifat sentralisasi mempunyai beberapa kelebihan
disamping juga kelemahan. Kelebihannya selain mendukung tercciptanya persatuan
dan kesatuan bangsa, dan tercapainya standarminimal penguasaan/perkembangan
anak, juga model ini mudah dikelola, dimonitor dan dievaluasi, serta lebih
hemat dilihat dari segi biaya, waktu dan fasilitas. Hal-hal diatas tampaknya
sesuai dengan kondisi dan tahap perkembangan negara kita dewasa ini.
1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang
bersifat sentralisasi.
Dalam
kurikulum yang bersifat sentralisasi guru tidak mempunyai peranan dalam
perancangan, dan evaluasi kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim
atau komosi khusus, yang terdiri atas pra ahli. Penyusun kurikulum mikro
dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dlm bidangnya untuk
jangka waktu satu tahun, stu semester,satu catur wulan,beberapa minggu ataupun
beberapa hari saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atu satu catur
wulan disebut program tahunan, semesteran, catur wulanan, sedangkan kurikulum
untuk beberapa minggu atau hari disebut satuan pelajar. Program
tahunan,semesteran, catur wulnan,ataupun satuan pelajaran,memiliki komponen
yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran,metode dan media pembelajaran,dan
evaluasi,hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda.
2.
Peranan guru
dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi
Kurikulum desentralisasi di susun oleh sekolah atau kelompok
sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini di peruntukan
bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam
ini di dasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta
kemampuan sekolah-sekolah tersebut.
Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu: 1)
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan masyarakat setempat, 2) kurikulum sesuai
dengan tingkat dan kemampuan sekolah, 3) di susun oleh guru-guru sendiri dengan
demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya, 4) ada motivasi kepada sekolah
(kepala sekolah dan guru).
Sedangakan kelemahannya: 1) tidak adanya keseragaman, 2) tidak adanya
standar penelituian yang sama, 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan
siswa ke sekolah, 4) sukar untuk mengadaka pengolahan dan penilaian nasional,
5) belum semua sekolah atau daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri.
Dalam kurikulum yang di kelola secara desentralisasi dan sampai
batas-batas tertentu peranan guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar di
bandingkan yang di kelola sentralisasi.[2]
Dalam tataran kelas. Murray Printr (1993) mencatat peran guru dalam level
ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai implemter, guru berperan untuk
mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru
hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.
2. Sebagai adaters, lebih dari sebagi pelaksana kurikulum,tetapi
juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik, kebutuhan siswa dan
kebutuhan daerah.
3. Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki
kewewnangan dalam mendesain sebuah kurikulum.
4. Sebagai peneliti kurikulum, peran ini di
laksanakan sebagai tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dan
meningkatkan kinerjanya sebagai guru.[3]
Sebagai kunci utama keberhasilan pengembangan
kurikulum. Guru memegang banyak peranan yang sangat penting dan krusial.
1.
Pengelolaan
administratif
Pengelolaan administratif adalah pengelolaan
secara tercatat, teratur dan tertib, sebagai penunjang jalannya pendidikan yang
lancar. Ruang lingkupnya antara lain mencakup administrasi kurikulum,
administrasi siswa, administrasi personal, administrasi material dan administrasi
keuangan.
2.
Pengelolaan
konseling dan pengembangan kurikulum
Pengelolaan layanan bimbingan konseling dan
pengembangan kurikulum merupakan hal yang mendesak dan diperlukan untuk
menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Akan tetapi, untuk diperlukan keaqhlian
pemahaman prinsip dan penguasaan keterampilan teknis. Diindonesia, pelaksanaan
bimbingan konseling diserahkan kepada petugas yang telah memenuhi persyaratan
tertentu. Berdasarkan hasil survei dibeberapa negara eropa, kegiatan guru
sehari-hari dilembaga pendidikan tempat ia bertugas adalah :
·
Melakukan
pengelolaan administratif
·
Mempersiapkan
bahan ajar
·
Memberikan
layanan konseling dan informasi
·
Pertemuan
dengan rekan sejawat, dan
·
Meneliti
dan mengembangakan materi pelajaran
3.
Guru
sebagai tenaga kependidikan
Jabatan guru adalah suatu profesi
kependidikan yang mensyaratkan di
kuasainya kemmpuan profesionl yang memdai. Guru tidak hanya berperan sebagai
guru dalam kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar,
pengembangan alat-alat belajar, penyusun organisasi manager sistem pengajaran
dan pembimbing, baik di sekolah dan masyarakat.
4.
Berpatisipasi
dalam pengembangan kurikulum
Guru di harapkan berperan aktif dalam
kepanitiaan atau tim pengembang kurikulum, bersama guru lainnya dan orang tua.
Mereka di libatkn dalam perumusan kebijakan opersional serta perencanaan dan
pelaksanaan administrasi pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, guru memegang
peranan yang cukup penting, baik dalam perencanan,pelaksanan dn pengembangan
kurtikulum bagi kelasnya
5.
Meningkatkan
keberhasilan sistem intruksional
Keberhasilan mengajar tergntung pada tiga
faktor, yaitu kepribadian, pengetahuan
dan keahlian guru. Kepribadian guru di tandai dengan sikap antusias, dan
kecintaan terhadap siswa. Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda satu
dengan yang lainnya, maka penampilan mereka di kelaspun berbeda. Guru juga
harus mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang semua hal yang
berkenaan dengan sistem intruksional. Sebagai pelaksana kurikulum, guru pula
yang menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Dengan
keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu
mencuiptakan situasi belajar yang aktif dan mampu mendorong kreativitas anak.
6.
Pendekatan
kurikulum
Guru yang bijaksana senantiasa berupaya
mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan kepentingan masyarakat, kebutuhan
siswa serta ilmu pengetahuan ilmu teknologi terkini. Upaya pengembangan inin
disertai dengan tindakan yang nyata dikelas. Hasil perbaikan dan pelaksannan kurikulum diperlihatkan
kepada orang tua siswa melalui laporan siswa, dan orang tua tersebut memberikan
respon atas laporan tersebut dengan demikian, terjadilah proses pengembangan
kurikulum yang berkisanimbungan.
7.
Meningkatkan
kepahaman konsep diri
Guru dapat mengembangkan kurikulum dengan
cara mempelajari lebih banyak tentang dirinya sendiri. Keberhasila guru
terletak pada pengetahuan tentang diri(self- know-ladge) dan pengenalan
terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi, serta bagaimana mengatasi kelenahan-kelemahan
tersebut.
8.
Memupuk
hubungan timbal balik yang harmonis dengan siswa
Tujuan utama guru adalah mengubah pola tingkah laku siswa
menjadi lebih baik. Peningkatan kegiatan
belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh besarnya harapan guru tentang
tingkah laku yang diinginkan. Guru berupaya memajukan dan mendorong kegiatan
belajar siswa hingga terjadi perubahan tingkah laku yang diinginkan. Guru
hendaknya bersifat menerima, menghargai, dan menyukai siswanya, hingga siswapun
menyenangi guru dan menghayati serta harapan gurunya. Dengan demikian
terciptalah suasana yang menyenangkan, mendorong belajar, berfikir, memecahkan
masalah sendiri, dan mempelajari inkuiri personal secara efektif. Kerja sama
seperti ini dapat meningkatkan upaya pengembangan kurikulum.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, oemar. 2009. Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rostakarya.
Kunandar. 2008. Guru Profesioanal Implementasi
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru.
Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum Dan
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syukmadinata, Nana Syaudih. 2010.
Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
[1] Kanandar, Guru
Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses
Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta : PT. RajaGrafondo Persada, 2008) Hal. 45
[2] Nana syaodih
sukmadinata, pengembangan kurikulum teori dan praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2010), hal. 198-201
[3] Wina
Sanjaya, kurikulum dan pembelajaran, (jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2010), hal. 27-29
[4] Oemar
Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 232-234
Tidak ada komentar:
Posting Komentar