Selasa, 23 April 2013

tafsir surat fushillat ayat 33-34


Q.S Fushilat Ayat 33-34
ô`tBurß`|¡ômr&Zwöqs%`£JÏiB!%tæyŠn<Î)«!$#Ÿ@ÏJtãur$[sÎ=»|¹tA$s%urÓÍ_¯RÎ)z`ÏBtûüÏJÎ=ó¡ßJø9$#ÇÌÌÈŸwurÈqtGó¡n@èpoY|¡ptø:$#Ÿwurèpy¥ÍhŠ¡¡9$#4ôìsù÷Š$#ÓÉL©9$$Î/}Ïdß`|¡ômr&#sŒÎ*sùÏ%©!$#y7uZ÷t/¼çmuZ÷t/ur×ourºytã¼çm¯Rr(x.;Í<urÒOŠÏJymÇÌÍÈ
Terjemahan :
33. siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
A.    Munasabah Ayat
            Setelah ayat yang lalu memuji kaum beriman yang konsisten dan menyampaikan janji Allah tentang dukungan malaikat kepada mereka, ayat diatas melanjutkan pujian tetapi kali ini bagi mereka yang beriman, konsisten, lagi berupaya membimbing pihak lain agar menjadi manusia-manusia muslim yang taat dan patuh kepada Allah.
            Dengan demikian, ayat diatas bukanlah lanjutan dari ucapan malaikat. Ayat diatas menyatakan: Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada seorang yang menyeru kepada Allah agar yang Maha Kuasa ituselalu diesakan, disembah dan ditaati secara tulus dan dia menyampaikan seruannya dalam keadaan telah mngerjakan amal yang saleh  sehingga seruannya semakin mantap.


B.     Pembahasan kata kunci
Firman-Nya: («!$#n<Î)%tæyŠ)yang menyeru kepada Allah mengandung banyak
macam dan peringkat.Peringkat pertama dan utama tentunya diduduki oleh Rasul saw yang memang digelas oleh Allah sebagai da’iyan ila Allah (QS. Al-Ahzab [33]: 46), disusul oleh para ulama dan cendikiawan yang tulus dan mengamalkan ilmunya dan yang terjun ke masyarakat membimbing mereka. Semakin luas lapangan bimbingan semakin tinggi pula da’i.
Kata (w) yang mempunyai arti tidakkedua yang terdapat pada Firman-Nya
(ŸwurÈqtGó¡n@èpoY|¡ptø:$#Ÿwurèpy¥ÍhŠ¡¡9$#) yang artinya tidaklah sama kebaikan dan tidak (juga)
 kejahatan menjadi pembahasan para ulama. Karena sepintas kata Layang kedua itu tidak diperlukan.
Ayat diatas menggunakan kata (ourºytã) artinya bukan ‘aduwwyang berati musuh agar mencakup segala macam permusuhan dan peringkatnya, dari yang rendah sampai dengan yang tertinggi. Kata (`|¡ômr&)  pada ayat diatas tidak harus
dipahami dalam arti yang terbaik, tetapi yang baik  pun dicakup olehnya.Memang kata tersebut berbentuk superlatif, tetapi bentuk tersebut dipilih untuk lebih mendorong menhadapi keburukan dengan kebaikan.[1]
C.    Tafsir Ayat
Allah Swt. Berfirman Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah}maksudnya mengajak orang lain untuk menyembah Allah Swt.,{ dan mengerjakan kebajikan dan berkata “ Sungguh aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)}artinya dia sendiri merupakan orang yang mendapatkan hidayah sesuai dengan apa yang dikatakannya. Jadi ia bermanfaat bagi dirinya sendiri danjuga untuk orang lain.
Ia adalah orang yang lazim (berbuat sendiri) dan juga muta’addi(mempengaruhi yang lain). Dia bukan orang yang menyuruh kepada kebaikan, tetapi dia sendiri tidak melakukannya, atau mencegah kemungkaran, tetapi dia mengerjakannya. Dia pribadi yang menjalankan kebaikan dan menjauhi keburukan. Dia menyeru makhluk menyembah Sang Khalik. Ayat ini bersifat umum mencakup setiap orang yang mengajak kepada kebaikan. Rasulullah Saw. Merupakan manusia paling utama dalam soal ini. Demikian pendapat Muhammad Ibnu Sirrin, As Saddi, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam.
Ayat Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan }yaitu ada perbedaan besar antara keduanya. Ayat { Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik } yaitu siapa berbuat jahat kepadamu, balaslah dengan kebaikan terhadapnya. Ayat sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti  teman yang setia } yaitu menjadi kawan karib. Jika engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat, kebaikan akan membawanya menjadi orang yang bersahabat denganmu. Mereka akan bersikap lunak sehingga menjadi teman yang setia. Dia akan menyayangimu dan berbuat baik kepadamu.[2]
Pesan utama ayat ini adalah tentang keutamaan berdakwah kepada Allah SWT. kata dakwahyaitu berasal dari kata da’a yang berarti menyeru, mengajak, mengundang.Dari kata ini pula, asal kata Da’i (laki-laki) dan Da’iyah (perempuan) : orang yang mendakwah/menyeru.
Adapun pokok-pokok yang terkandung dalam ayat ini sebagai berikut
·         Ayat ini berbentuk kalimat tanya, yang mewujudkan penguatan. Bahwa tiada perkataan yang lebih baik kecuali perkataan yang menyeru/mengajak kepada Allah SWT. 
·         Qoulan = perkataan, ucapan, tulisan termasuk juga sikap kita. Keutamaan dakwah kepada Allah adalah dapat menghindarkan azabNya.

Ayat ini menerangkan bahwa seseorang dikatakan orang yang paling baik perkataannya ialah orang yang perkataan nya mengandung tiga perkara yaitu
1.      Orang yang  menyeru orang lain untuk mengkuti agama tauhid, mentauhitkan allah dan taat kepadanya
2.      Mengerjakan amal sholeh, taat melaksanakan perintah-perintah allah dan menghentikan larangannya
3.      Orang yang menjadikan agama islam sebagai agama dan memurnikan ketaatan hanya kepadanya saja[3]

D.    Asbabunnuzul
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar r.a. ketika orang-orang musyrik berkata “Tuhan kami Allah, malaikat putrinya, adalah penolong kami disisi Allah”. Demikian pula orang-orang yahudi berkata “Tuhan kami Allah, Uzair putranya, dan Muhammad bukan seorang nabi.” Mereka semua tidak pada jalan yang benar. Oleh karena itu, Abu Bakar r.a. berkata “ Tuhan kita satu, Allah semata, tiada sekutu bagiNya, Muhammad hamba dan utusanNya.” Dia (Abu Bakar) pun pada jalan yang benar.
Ayat 33 ini berkenaan dengan sikap Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya. Mereka adalah orang-orang yang lebih baik ucapannya dan seruannya daripada seruan orang-orang yang musyrik dan golongan kafir.Sebelumnya Abu Sufyan bin Harb selalu memusuhi dan menjadi penghalang utama dakwah Rasulullah. Akan tetapi, setelah Rasulullah menikah dengan salah seorang wanita  dari kaumnya, hubungan keduanya menjadi dekat dan terjalin kuat.[4]

E.     Hikmah Ayat
1)      Dari ayat ini bisa diambil hikmah bahwa sesuatu yang paling utama dikerjakan oleh seseorang muslim ialah memperbaiki diri terlebih dahulu.
2)      Untukmeningkatkankeimanankitaterhadap Allah dengancara Menyeru kepada kebaikan dan menjauhi kemaksiatan
3)      Untukmemdekatkandirikitaterhadap Allah dengan banyak intropeksi diri
4)      Untuk melaksanakan tingkah laku yang baik terhadap sesama
5)      Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dengan melalui berdakwah



Daftar Pustaka

1.      M. Shihab, Quraish. Tafsir Al Misbah Volume 12. Jakarta; 2002. Lentera Hati
2.      Al-Qur’an dan Tafsirnya. Uii. Jogyakarta; 1995. PT Dana Bhakti Wakaf
3.      Mubarakfury, Syeikh Shafiyurrahman. 1999. Al Miṣbāh Al Munīr fi Tahżīb Tafsīr Ibnu Katṡīr. Riyadh : Darussalam.
4.      http://solikhinugm.wordpress.com/materi-kajian/ diakses pada 19 maret pukul 14.30 wib




[1]M. QuraishShihab. Tafsir Al Misbah Volume 12. Jakarta; 2002. Lentera Hati

[2]Al Miṣbāh Al Munīr fi Tahżīb Tafsīr Ibnu Katṡīr, 1999 hal: 971
[3]Al-Qur’an dan Tafsirnya. Uii. Jogyakarta; 1995. PT Dana Bhakti Wakaf hal: 663

[4](At Tafsir Al Wajiz ‘ala Hāmisil Qurānil ‘Azdīm: 481)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar